DHAKA (Arrahmah.id) — Bangladesh mengumumkan jam malam akan berlanjut pada Jumat dan Sabtu dengan jeda sembilan jam di tengah tindakan keras dan penangkapan yang semakin intensif terhadap mereka yang terlibat dalam kekerasan selama protes mahasiswa.
Dilansir Anadolu Agency (26/7/2024), Menteri Dalam Negeri Asaduzzaman Khan membuat pengumuman saat konferensi pers pada Jumat pagi setelah bertemu dengan penegak hukum.
Jam malam yang telah berlaku sejak Sabtu lalu akan berlanjut di Dhaka dan tiga kota lainnya.
Jeda jam malam, kata Menteri Khan, akan dimulai pada pukul 8 pagi hingga 5 sore di Dakha dan tiga kota lainnya.
Sedangkan keputusan tentang jam malam di kota-kota lain akan diambil oleh pihak berwenang setempat.
Para mahasiswa yang berunjuk rasa mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan aksi hingga sembilan tuntutan dipenuhi, termasuk pelarangan Liga Chhatra, penuntutan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan para pengunjuk rasa, dan permintaan maaf dari Perdana Menteri Sheikh Hasina.
Surat kabar lokal Prothom Alo mengatakan jumlah korban tewas telah meningkat menjadi sedikitnya 204 sejak 16 Juli. Namun, pemerintah belum merilis laporan korban resmi.
Sementara itu, polisi telah menangkap lebih dari 5.500 orang di seluruh negeri, termasuk 1.100 orang pada Kamis, menurut surat kabar Prothom Alo.
Mereka juga menambahkan sebagian besar korban yang ditangkap merupakan anggota oposisi Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) dan Bangladesh Jamaat-e-Islami.
Pemerintah Bangladesh pada Jumat lalu memberlakukan pemadaman listrik total dan memutus layanan internet saat protes mahasiswa berubah menjadi kekerasan.
Layanan internet broadband telah dipulihkan dalam skala terbatas di seluruh negeri, tetapi layanan internet seluler belum pulih.
Para mahasiswa menyerukan reformasi sistem kuota negara untuk pekerjaan pemerintah pada awal Juli.
Protes berubah menjadi gerakan besar-besaran setelah PM Hasina menjuluki para pengunjuk rasa sebagai “razakar,”.
“Razakar” merupakan istilah yang merujuk pada pengkhianat yang berjuang untuk pasukan Pakistan selama perang kemerdekaan Bangladesh pada tahun 1971. (hanoum/arrahmah.id)