DHAKA (Arrahmah.com) – Bangladesh tidak akan menerima dua kapal yang membawa ratusan pengungsi Rohingya yang dilaporkan kelaparan, kata menteri luar negeri negara itu Kamis (23/4/2020) ketika seruan meningkat untuk menyelamatkan warga Muslim yang terbuang.
Kontroversi baru mengenai Rohingya yang terdampar ini muncul hanya seminggu setelah puluhan dari mereka mati kelaparan di sebuah kapal yang ditinggalkan di laut selama dua bulan sebelum bisa mendarat.
Aktivis khawatir bahwa sejumlah besar Rohingya, minoritas Muslim yang dianiaya di sebagian besar Buddha Myanmar, mungkin terperangkap di kapal dan tidak dapat mencapai negara lain.
Dua kapal terbaru berada di perairan internasional setelah pedagang manusia berusaha mencapai Malaysia, menurut kelompok bantuan dan seorang pemimpin komunitas Rohingya.
Bangladesh telah memerintahkan peningkatan patroli di Teluk Bengal untuk menghentikan kapal yang masuk, Menteri Luar Negeri, Abdul Momen, berkata.
“Dua kapal yang membawa Rohingya berusaha masuk ke perairan kami,” katanya, seraya menambahkan bahwa kapal-kapal itu mungkin berasal dari negara bagian Rakhine Myanmar setelah pertempuran antara militer dan kelompok pemberontak, atau “di tempat lain”.
“Angkatan laut dan penjaga pantai kami dalam keadaan siaga dan mereka telah diperintahkan untuk tidak membiarkan kapal-kapal ini memasuki Bangladesh,” lanjut Momen.
“Tidak ada lagi Rohingya akan diizinkan masuk,” tambahnya.
Sekitar satu juta Rohingya berada di kamp-kamp di perbatasan Bangladesh-Myanmar setelah melarikan diri dari penganiayaan selama beberapa dekade di wilayah asal mereka di Rakhine.
Ribuan pengungsi meninggal di Laut Andaman pada tahun 2015 di kapal reyot yang mencoba mencapai Malaysia dan Thailand.
Kapal yang mendarat ke pantai minggu lalu dengan sekitar 390 Rohingya dipaksa kembali oleh angkatan laut Malaysia. Rohingya yang masih hidup telah dimasukkan ke karantina pandemi coronavirus, yang diselenggarakan oleh badan pengungsi PBB.
‘Masalah kelaparan’
Kelompok hak asasi Amnesti Internasional mengatakan dua perahu nelayan membawa sekitar 500 wanita, pria, dan anak-anak Rohingya di Teluk Bengal setelah diusir oleh Malaysia.
Bangladesh harus menyelamatkan Rohingya yang terdampar, Amnesti mengatakan dalam sebuah pernyataan, dan pemerintah lain di kawasan itu harus “memenuhi tanggung jawab bersama mereka untuk melakukan upaya pencarian dan penyelamatan”.
“Kami berharap Bangladesh akan terus menyambut para pengungsi Rohingya di masa-masa sulit ini,” kata Biraj Patnaik, direktur Amnesti di Asia Selatan.
Seorang pemimpin Rohingya di salah satu kamp pengungsi besar di distrik Cox’s Bazar, Bangladesh, mengatakan terdapat sekitar 280 orang di kedua kapal itu.
“Angkatan Laut Malaysia telah mengembalikan mereka. Tetapi para penyelundup ingin melakukan upaya lain untuk mencapai Malaysia,” kata pemimpin yang telah meningkatkan kewaspadaan tentang tragedi pekan lalu dan berbicara dengan syarat anonim.
“Saya dengar ada masalah kelaparan di kapal. Tapi para pedagang itu tidak ingin membawa mereka kembali ke Bangladesh.” Pemimpin komunitas itu mengatakan para pedagang hanya akan dibayar jika para pengungsi mencapai Malaysia.
Seminggu yang lalu, Malaysia menolak kapal yang membawa sekitar 200 Rohingya masuk ke wilayahnya karena ketakutan akan virus corona, kata angkatan udara salah satu negeri Muslim terbesar itu. (Althaf/arrahmah.com)