Muslim Tajikistan kini bisa dengan bangga mengatakan “Kami Muslim” setelah berpuluh-puluh tahun mengalami penindasan dibawah pemerintaha Uni Sovyet. Setelah runtuhnya imperium Soviet, perlahan tapi pasti umat Islam Tajikistan bangkit kembali, menghidupkan syiar Islam yang sekian lama padam di wilayah yang terletak di kawasan Asia Tengah itu.
Marhabo, seorang muslimah Tajikistan mengatakan, sekarang ini masjid-masjid mudah ditemui di Tajikistan. “Sebelumnya, tidak ada masjid. Sekarang jumlah masjid banyak dan tersebar di mana-mana,” ujar ibu muda berusia 25 tahun dengan tiga anak itu.
Warga Tajikistan lainnya bernama Akbar, masih bisa mengingat pengalaman saat ia dicari-cari polisi Soviet yang memergokinya sedang menunaikan shalat. Akbar sempat dicemooh oleh guru sekolahnya karena peristiwa itu
“Semua memandang ke arah saya. Saya merasa seperti seorang kriminal,” kenang Akbar.
Menurut CIA factbook, sekitar 90 persen dari 7,2 juta penduduk Tajikistan adalah Muslim. Ketika masih berada dibawah Uni Soviet, warga Muslim tidak bisa leluasa menjalankan ibadahnya seperti shalat dan haji. Pemerintahan Soviet juga melarang semua simbol-simbol agama dan siapa yang melanggarnya akan dikenakan hukuman. Tahun 1991, Tajikistan baru bisa melepaskan diri dari federasi Rusia yang menggantikan Uni Sovyet.
Sejak menjadi negara yang independen, Islam mulai bersinar lagi di Tajikistan. Warga Muslim bisa menunaikan haji yang jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Sekolah-sekolah Islam dan masjid-masjid dibangun di mana-mana. Lelaki Muslim bebas berjanggut dan Muslimahnya bebas menutup aurat. (Hanin Mazaya/eramuslim)