YERUSALEM (Arrahmah.id) – Seorang pria bersenjata telah menewaskan sedikitnya tujuh orang di dekat sebuah sinagog di pemukiman ilegal “Israel” di Yerusalem Timur yang diduduki, sebelum akhirnya ditembak mati, dalam sebuah eskalasi kekerasan menyusul serangan militer pendudukan yang mematikan di Tepi Barat sehari sebelumnya.
Setelah penembakan pada Jumat (27/1/2023), layanan darurat Magen David Adom mengatakan bahwa mereka merawat 10 orang yang terluka, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis.
“Apa yang kami pahami adalah sebuah mobil berhenti di depan sebuah sinagog, seorang pria bersenjata keluar dan melepaskan tembakan,” James Bays dari Al Jazeera melaporkan dari lokasi serangan di pemukiman ilegal “Israel”, Neve Yaakov.
“Angka yang kami miliki saat ini adalah tujuh orang tewas,” kata Bays, seraya menambahkan bahwa polisi mengatakan bahwa tersangka tidak memiliki “catatan keamanan” sebelumnya.
Tidak ada klaim tanggung jawab segera. Badan tanggap darurat melaporkan total 10 korban tembak, termasuk seorang pria berusia 70 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 14 tahun.
Tayangan TV menunjukkan beberapa korban tergeletak di jalan di luar sinagog dan dirawat oleh para pekerja darurat.
“Saya mendengar banyak suara peluru,” kata Matanel Almalem, seorang pelajar berusia 18 tahun yang tinggal di dekat sinagog, kepada kantor berita AFP.
Sebuah pernyataan polisi sebelumnya mengatakan ada “serangan teror di sebuah sinagog di Yerusalem” dan bahwa “pelaku penembakan berhasil dilumpuhkan (dibunuh)”. Polisi kemudian mengatakan bahwa tersangka adalah seorang warga Yerusalem Timur berusia 21 tahun.
Serangan tersebut terjadi sehari setelah serangan mematikan “Israel” di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat yang diduduki. Sedikitnya sembilan orang Palestina tewas, termasuk seorang wanita tua, setelah puluhan tentara “Israel” menyerang sebuah rumah yang menurut klaim tentara “Israel” berisi para tersangka pejuang, yang menyebabkan konfrontasi sengit selama beberapa jam.
Seorang pria Palestina berusia 22 tahun juga ditembak oleh pasukan “Israel” di kota al-Ram, sebelah utara Yerusalem, pada Kamis.
Respon yang wajar
Hazem Qassem, juru bicara Hamas, faksi Palestina yang menguasai Jalur Gaza, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa serangan hari Jumat itu merupakan “respon terhadap kejahatan yang dilakukan oleh penjajah Israel di Jenin dan merupakan respon yang wajar terhadap tindakan kriminal penjajah”.
Qassam tidak mengklaim penembakan tersebut. Jihad Islam Palestina juga memuji namun tidak bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Serangan militer “Israel” di Tepi Barat yang diduduki telah menjadi kejadian hampir setiap hari selama setahun terakhir dengan sedikitnya 200 orang Palestina -pejuang dan warga sipil- terbunuh. Warga sipil dan tentara “Israel” juga telah terbunuh dalam serangan-serangan yang dilakukan oleh warga Palestina di “Israel” dan wilayah pendudukan.
Penembakan pada Jumat terjadi hanya beberapa jam setelah warga Palestina berbaris dalam kemarahan saat mereka menguburkan orang terakhir yang dibunuh oleh pasukan “Israel” pada hari sebelumnya.
Bentrokan antara pasukan “Israel” dan pengunjuk rasa Palestina meletus di Tepi Barat yang diduduki sepanjang hari, termasuk setelah pemakaman pemuda berusia 22 tahun yang terbunuh di utara Yerusalem.
Kerumunan warga Palestina mengibarkan bendera Fatah, partai yang mengendalikan Otoritas Palestina, dan Hamas. Di jalan-jalan al-Ram, orang-orang Palestina bertopeng melemparkan batu dan menyalakan kembang api ke arah polisi “Israel” yang membalas dengan gas air mata.
Eskalasi kekerasan ini juga terjadi hanya beberapa hari sebelum Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken akan mengunjungi “Israel” dan Tepi Barat yang diduduki. (haninmazaya/arrahmah.id)