SURABAYA (Arrahmah.com) – Sebanyak 34 kontainer berisi 609 ton buah jeruk, pir dan apel asal China, diamankan Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya di Terminal Petikemas Surabaya (TPS) Tanjung Perak, Jumat (4/3). Selain tidak dilengkapi dokumen yang semestinya, buah-buahan tersebut berpotensi membawa hama lalat buah ke Indonesia.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Surabaya menegaska n bahwaperedaran jeruk impor harus diawasi dengan ketat dan dilakukan pengecekan secara rutin. Hal ini untuk menghindari masuknya hama tanaman, yang dapat merugikan produk pertanian di Indonesia.
“Ada jeruk dari negara Cina yang masuk ke Indonesia tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen. Diluarnya ditutupi dengan pir, kemudian apel dan seterusnya, tetapi di dalam isinya adalah jeruk. ini sangat berbahaya untuk beredar di Indonesia, karena diduga bisa meyebabkan penyakit lalat buah,” ungkapnya, sebagaimana dilansir oleh Elshinta.com, Sabtu (5/3/2016).
Kepala Bidang Karantina Tumbuhan, Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, Imam Djajadi, menaksir kerugian petani mencapai 2,2 triliun Rupiah bila telur dan larva lalat buah yang terbawa dalam jeruk illegal itu menjangkiti produk buah dalam negeri.
“Bisa menimbulkan 50 persen kerugian dari produksi, bisa dibayangkan kalau gagal panen buah-buahan kita 50 persen, itu kan bahaya,” jelas Imam Djajadi.
Bila tidak dimusnahkan, lanjut Djajadi, buah yang terlanjur beredar dikhawatirkan dapat menyebabkan penyakit pada konsumen.
“Kalau ini lolos, juga beredar, dikhawatirkan juga konsumen gak aman untuk konsumsi itu kan, karena gak ada bukti pengujian laboratoriun pestisidanya dari negara asal,” ujarnya.
Saat di konfirmasi, Anggota Komisi IV DPR RI Rofi Munawar menegaskan bahwa kebijakan impor buah dari luar negeri harus dikurangi, dengan tetap melakukan pengetatan pengawasan dan pemeriksaan untuk memastikan buah impor aman dikonsumsi oleh masyarakat.
“Artinya ketika banyak buah yang banyak lalatnya dan seterusnya, banyak jamur dan seterusnya, menurut saya mesti harus dipertimbangkan soal legalitasnya terlebih dahulu, karena buah-buahan yang ada di kita juga mestinya gak kalah kan dengan buah-buahan ini. Makanya menurut saya sih yang paling utama ya, hindari impor sebisa mungkin,” tutur Rofi Munawar.
(ameera/arrahmah.com)