MANADO (Arrahmah.com) – Baitul Maal Hidayatullah (BMH) membantu korban banjir bandang Manado hari Jum’at (17/1/2014). Menurut relawan BMH Suwito Fatah, bantuan yang diberikan berupa logistik untuk membantu korban bencana banjir di Manado.
“Saat ini Tim SAR Hidayatullah masih siaga di posko pengungsian, insya Allah hari ini akan menyalurkan bantuan dari BMH,” ujar Suwito, seperti dilansir bmh.orid Jumat (17/1/2014).
Sementara da’i Hidayatullah, Murdianto yang saat ini masih bersama pengungsi di kelurahan Paal Dua, lingkungan 4 kota Manado, mengungkapkan sebagain warga sudah kembali untuk membersihkan rumahnya dari lumpur. Tapi mereka yang tinggal di pengungsian ini karena rumahnya hancur tersapu banjir.
“Di posko pengungsian ini ada 38 KK yang terdiri dari 20 anak-anak, 7 manula, 31 wanita, dan 3 ibu hamil,” ujar Murdianto.
Dia menjelaskan untuk Posko Peduli Bencanan Nasional Banjir Bandang Manado berada di kelurahan Paal Dua, Lingkungan 4 kota Manado.
“Posko tersebut berdekatan dengan masjid Ashhabul Kahfi yang masih penuh lumpur setinggi pinggang orang dewasa,” ujarnya.
Murdianto juga mengisahkan saat banjir bandang datang airnya hampir sampai menyentuh kubah masjid Ashabul Kahfi.
Adapun data yang berhasil dihimpun Murdianto, banjir terjadi di tiga kota, yakni Manado, Minahasa dan Minahasa Utara. Di Manado, banjir merendam 10 kecamatan yakni Paal II, Wenang, Tikala, Sario, Tuminting, Singkil, Wanea, Mapanget, Paal IV dan Bunaken. Dampak banjir bandang dan longsor hingga saat ini setidaknya 16 orang meninggal dunia. Selain itu terdapat dua orang yang masih dinyatakan hilang. Pengungsi saat ini sekitar 4.000 jiwa. Rumah rusak diperkirakan mencapai 1.000 unit.
Kesaksian banjir bandang itu
Hujan turun dengan derasnya dan angin bertiup sangat kencang Selasa (14/01/2014) malam itu, jarum jam menunjukkan pukul 20.00 WITA. Hujan tak henti hingga keesokan harinya, malah tambah deras. Langit pun sangat gelap. “Suasananya cukup mencekam,” terang da’i Hidayatullah Manado, Murdianto.
Menurut Murdianto, pukul delapan pagi banjir pun datang, tapi masih setinggi lutut orang dewasa. Warga masih belum panik dan mengungsi. “Banjirnya masih dianggap kecil,” ujarnya. Tapi ketika siang hari sekitar pukul sebelas siang banjir bandang pun menggulung. Murdianto sudah berada di lokasi banjir mulai pagi itu hingga banjir menerjang. “Saya langsung mengevakuasi warga untuk mengungsi,” ujar Ketua SAR Hidayatullah Manado ini.
Saat itu hujan terus menerus selama dua hari, dan ditambah meluapnya Danau Tondano di Kabupaten Minahasa, membuat beberapa pintu air di danau tersebut harus dibuka.
Akibatnya DAS Tondano yang membelah Kota Manado, tak mampu menampung debit air yang meluap. Kondisi itu diperparah dengan air pasang laut, hingga air tertahan dan menggenangi rumah hingga setinggi atap. Murdianto menambahkan bahwa banjir yang terjadi tahun ini adalah banjir terbesar selama kurun 14 tahun. “Banjir bandang seperti ini pernah terjadi di tahun 2000 lalu,” ujarnya. (azm/arrahmah.com)