JAKARTA (Arrahmah.com) – Sebelum menjalani masa hukuman di rutan Pondok Waru Bandung, Ariel juga lama menjalani masa tahanan di Rutan Baresekrim Mabes Polri. Di tempat ini, Ariel bertemu dengan banyak orang, mulai dari pembunuh, Misbakhun (tersangka pemalsuan LC Bank Century, yang oleh Ariel hanya menulis pak Mis) hingga ustadz Abu Bakar Ba’asyir.
Seperti dilansir JPNN, Ariel mengenal ustadz yang dituding sebagai gembong teroris itu lewat pak Mis. ustadz Abu Bakar hanya mengenal nama Ariel namun tidak pernah bertemu wajah. “Oh ini toh Ariel? Saya hanya tahu namanya saja,” kata ustadz Abu Bakar Ba’asyir dalam buku “Kisah Lainnya” Catatan 2010-2012, Ariel, Uki, Lukman, Reza dan David.
Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sempat beberapa kali memberi wejangan untuk Ariel. Salah satu yang paling dingat Ariel adalah “Jangan berkecil hati. Manusia diciptakan di dunia ini memang untuk dibikin kesalahan, lalu memperbaiki diri. Kalau semua orang sudah tidak bikin kesalahan lagi, maka semua ini akan dimatikan Tuhan, karena tidak ada lagi tujuan kehidupan.” Kata-kata tersebut sangat tersimpan di kepala Ariel.
Suatu hari sekitar pukul 05.00, Ariel duduk sendirian di Kampung Atas (sebutan untuk Rutan Bareskrim). Ariel yang susah tidur melihat Ompung tua, tahanan lainnya, keluar dari selnya untuk melakukan senam pagi.
Tak lama kemudian ustadz Abu Bakar Ba’asyir keluar dari selnya menggunakan celana panjang. Ia juga memulai aktivitasnya dengan berlari-lari kecil, bolak balik sepanjang koridor sel.
Ariel membuat puisi khusus untuk ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Berikut bunyinya:
Ba’asyir tua, berlari kecil di gang yang bergema
Larut dalam dunianya sendiri
Dia tidak menolerensi dunia
Sehingga dunia tidak menolerensinya
Keras memang, tapi apalah arti pendirian jika tidak keras
Hitam putih, tapi tidak abu-abu
Keras memang …
Andai saja dunia melihat kebenaran yang dia lihat.
(bilal/arrahmah.com)