MANAMA (Arrahmah.com) – Setidaknya dua pendukung pro-reformasi tewas dan puluhan lainnya terluka setelah ratusan polisi anti huru-hara Bahrain, bersenjata dengan gas air mata, peluru karet dan pentungan menyerbu tempat menginap mereka di bundaran utama di ibukota, Manama, saat mereka sedang terlelap tidur.
Serangan sebelum subuh di Pearl Roundabout, yang menjadi titik fokus bagi demonstran menuntut reformasi, dimaksudkan untuk membubarkan orang banyak dan mengambil kontrol kawasan tersebut.
Berbicara pada Al Jazeera dari Rumah Sakit Sulaimaniya, fasilitas medis utama di Manama, Maryama Alkawaka dari Pusat Hak Asazi Manusia Bahrain mengatakan jika ia melihat belasan pengunjuk rasa terluka yang di bawa ke ruang gawat darurat.
“Orang-orang di serang saat mereka tidur, tidak ada peringatan,” ujarnya. “Dan ketika mereka berlari, polisi menyerang mereka dari arah yang mereka tuju.”
Seorang koresponden Al Jazeera di daerah tersebut mengatakan jika ia mendengar bunyi bom keras di alun-alun, dan merasakan gas air mata yang sangat kuat di udara.
Polisi datang dengan cepat, menggunakan gas air mata. Terlihat jika mereka mencoba menjauhkan para pengunjuk rasa dari alun-alun, tapi ini bukanlah unjuk rasa kecil,” ujarnya.
“Pihak yang berwenang bertidak seperti itu karena mereka melihat dengan jelas betapa besarnya unjuk rasa ini.”
Matar Ibrahim, seorang anggota oposisi dari parlemen, mengatakan jika perempuan dan anak-anak termasuk yang terluka.
Berbicara untuk Al Jazeera dari rumah sakit Sulaimaniya, dia juga mengatakan beberapa yang terluka tersebut berada dalam kondisi kritis.
Seorang produser Al Jazeera online di Manama mengatakan jika helikopter polisi mengitari area tersebut.
“Adzan di pagi hari [Kamis] dibunyikan lebih keras dari bunyi helikopter. Jalanan nyaris kosong karena blokade polisi, walaupun beberapa saat sebelumnya, kendaraan bisa berjalan bebas dari dan menuju daerah Lulu,” ujarnya.
Sebelumnya, dua orang terbunuh dalam unjuk rasa pro reformasi yang terjadi pulau Gulf, memicu unjuk rasa yang penuh kemarahan dan meminta turunnya monarki yang berkuasa.
Permintaan Maaf dan Janji Penyelidikan
Dalam sebuah permintaan maaf yang sangat jarang terjadi, Raja Bahrain Sheikh Hamad bin Isa Al-Khalifa, muncul di televisi pada hari Selasa untuk menyatakan rasa belasungkawa. Atas kematian para pengunjuk rasa.
Beliau menunjukkan rasa bela sungkawanya dengan menyebutnya sebagai “kematian dua putra kesayangan kita”, dan berkomitmen untuk mengusut pembunuhan tersebut.
“Kami akan meminta para anggota legislatif menyelidiki kasus ini dan menggunakan hukum untuk menyelesaikan hal ini,” ujarnya. Ia juga menambahkan jika unjuk rasa damai merupakan hal yang legal.
Alkwaka, aktivis hak asasi manusia Bahrain mengatakan, jika tindakan keras terbaru kepada para pengunjuk rasa yang melakukan aksi damai menimbulkan keraguan akan janji Raja untuk melakukan penyelidikan.
“Saat ini orang-orang bertanya: apakah ini penyelidikan yang dijanjikan oleh Raja?” tanyanya. (hid/arrahmah.com)