Oleh Umar Syarifudin
(Lajnah Siyasiyah Hizbut Tahrir Indonesia Kota Kediri)
(Arrahmah.com) – Kapitalisme saat ini menjadi ideologi transnasional yang mengerikan. Sembari menyembunyikan senjata pemusnah massal diketiaknya, negara-negara Kapitalis Barat menuduh Islam sebagai ideologi transnasional yang harus disingkirkan dan dilumpuhkan kebangkitannya. Sehingga gerakan-gerakan Islam yang menyerukan kebangkitan dan persatuan umat mendapatakan porsi perhatian yang serius dari mereka.
Pemerintahan di negara-negara Eropa sangat percaya bahwa negeri mereka adalah asal muasal demokrasi dan HAM. Klaim Inggris sebagai “ibu dari parlemen”, ditiru oleh seluruh dunia sampai pada konsep kapitalis modern. Menurut catatan DPR Inggris (House of Commons) yang terbaru adalah, “dasar filosofis dari perlindungan HAM terletak pada tradisi demokrasi liberal Eropa Barat…hal ini dapat dilacak pada akar religius dan sekuler dalam filsafat Yunani, hukum Romawi dan tradisi Yudeo Kristiani.”
Sebagai ideologi transnasional, fakta membuktikan peradaban kapitalisme yang dipertahankan negara-negara Barat terus menerus menghantarkan dunia pada kemunduran yang serius. Barat tak pernah malu membagi konsep sistem tata negara mereka ke seluruh dunia. Pertama, melalui imperialisme, dilanjutkan menata struktur negara jajahan agar mengikuti pandangan dan struktur pemerintahan Barat. Dengan hancurnya Sosialisme, akhirnya AS mendomi-nasi percaturan politik internasional, sebab tak ada lagi negara di dunia ini yang mengemban ideologi lain dan menjalankan strategi politik internasionalnya atas dasar ideologi tersebut. Namun ditinjau dari segi eksistensi secara universal, sesungguhnya tetap terdapat dua ideologi; Islam dan Kapitalisme.
Dengan adanya dominasi tunggal AS, lahirlah Tata Dunia Baru. Sebutan Tata Dunia Baru, dapatlah dianggap tepat kalau ditinjau dari segi eksistensi ideologi secara inter nasional. Oleh karena itu, adalah wajar kalau Presiden AS waktu itu (George Bush) mengumumkan kelahiran Tata Dunia Baru, sebab AS adalah negara adidaya terkuat di dunia. Dialah pemimpin negara-negara Kapitalis sekaligus pembawa bendera propaganda ideologi Kapitalisme.
Penindasan modern
Dalam setengah abad sejak berakhirnya perang dunia II, proses dominasi ekonomi global oleh AS berjalan semakin cepat. Amerika Serikat, sebagaimana negara-negara di Uni Eropa, bertindak demi perusahaan-perusahaan transnasional serta lembaga bantuan multilateral yang pada gilirannya mendominasi pemerintahan negara-negara dunia ketiga. Sebagaimana yang telah ditujukan oleh Frederic Clairmont, dimana suatu perusahaan multi-nasional dapat mendominasi pasaran produk tunggal. AS berada di garis terdepan menyebarkan Kapitalisme sejak dia tampil di panggung dunia sebagai negara penjajah. Metode yang di-gunakannya untuk menyebarkan Kapitalisme adalah dengan melakukan penjajahan (imperalisme), baik penjajahan gaya lama maupun gaya baru.
Berkaitan dengan penyebaran Kapitalisme ini, ada satu hal yang betul-betul perlu diperhatikan dengan seksama di sini. Bahwasanya, setelah AS berhasil memantapkan dominasi ideologi Kapitalisme secara internasional, kini AS tengah berusaha untuk memantapkan dominasi ideologi itu secara universal. Sebelumnya, AS dengan dibantu negara-negara Kapitalis lain telah sukses menjadikan Kapitalisme sebagai asas interaksi dan konvensi internasional.
Kini, AS mem-punyai cita-cita baru untuk menjadikan Kapitalisme sebagai agama bagi seluruh bangsa dan umat di muka bumi. Cara yang ditempuhnya untuk meraih cita-citanya itu, ialah dengan mengajak seluruh umat manusia untuk meyaki-ni Aqidah Kapitalisme dan menjadikan ide-ide Kapitalisme sebagai persepsi-persepsi, standar-standar, dan keyakinan – keyakinan yang berlaku di segala aspek kehidupan bagi selu-ruh umat manusia. Jelaslah, AS sudah tidak lagi merasa cukup hanya menerapkan Kapitalisme sebagai peraturan dan undang-undang.
Hegemoni Amerika Serikat
Siapapun negara, kelompok, maupun individu yang lantang menyerukan propaganda anti Amerika dan demokrasinya akan dituduh subversif dan layak diperangi olehnya. Serangan AS secara universal untuk menjadikan Kapitalisme sebagai ideologi seluruh umat manusia di muka bumi, memang tak menghadapi perlawanan apa pun, kecuali di Dunia Islam. Fakta di atas dikarenakan berbagai bangsa dan umat di muka bumi ini tak terlepas dari kondisi-kondisi berikut. Pertama, bangsa-bangsa yang karakter aslinya memang penganut Kapitalisme, seperti AS, Eropa Barat, dan cabang-cabangnya yang ada di Kanada, Australia, dan New Zealand.
Kedua, bangsa-bangsa yang telah melepaskan diri dari Sosialisme dan membangun kehidupan barunya atas dasar Kapitalisme, seperti Rusia dan negara-negara lain bekas blok Timur. Ketiga, bangsa-bangsa yang selalu menggembar- gemborkan slogan Sosialisme secara formalitas yakni pada hakekatnya mereka tidak meyakini Sosialisme– namun secara perlahan dan diam-diam mereka mengubah diri dan ber-metamorfosis menjadi penganut Kapitalisme, seperti RRC, Korea Utara, Vietnam, dan Kuba. Keempat, bangsa-bangsa yang karakter aslinya bukan penganut suatu ideologi dan tidak mengganggap Kapitalisme sebagai musuh ideologis, seperti bangsa-bangsa Amerika Latin, dan mayoritas bangsa- bangsa di kawasan Timur Jauh, Asia Tenggara, dan Afrika. Jadi, umat Islamlah satu-satunya umat non Kapitalis di antara bangsa dan umat di dunia ini yang mempunyai dan menganut sebuah ideologi, kendatipun memang mereka saat ini tidak hidup berlandaskan ideologi itu dan tidak menye-barluaskannya ke seluruh dunia. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa serangan AS untuk menguniversalkan Kapitalisme tidaklah menghadapi lawan yang tangguh, kecuali di Dunia Islam. Memang benar, seluruh negara di Dunia Islam saat ini tidak menerapkan Islam –meskipun beberapa negara meng-klaim menerapkannya– dan malah menerapkan Kapitalisme semu yang telah dimodifikasi (bersalin rupa). Akan tetapi, umat Islam yang tetap eksis setelah hancurnya Khilafah itu sejak awal dasawarsa 50-an telah mulai merambah jalan me-nuju kebangkitan berasaskan Islam, mulai berjuang untuk membangun kembali kehidupannya atas dasar Islam, dan bahkan telah mencanangkan cita-cita menyelamatkan dunia dengan membawa hidayah Islam.
Umat Islam di lingkar kebangkitan
Ya, semua upaya ini terus diperjuangkan, kendatipun umat Islam masih terpecah belah akibat rekayasa kaum kafir sebelum dan sesudah kehancuran Khilafah; dan kendatipun para penguasanya yang menjadi agen Barat terus mempertahankan kekufuran yang dibangun Barat di negeri-negeri muslim, berkhidmat siang malam demi kepentingan dan dominasi Barat, serta menjalankan seluruh strategi politik dalam dan luar negerinya menurut petunjuk-petunjuk dan instruksi-instruksi Barat.
Namun kebangkitan umat yang diupayakan tadi nampaknya belum mencapai kesempurnaan dan berjalan sangat lambat karena berbagai kendala. Saksikanlah, para penguasa agen Barat tadi telah bertingkah brutal dan sangat kejam terhadap para pejuang kebangkitan umat. Mereka juga terus melakukan operasi penumpasan dan melancarkan aksi teror terhadap para pejuang tadi.Sementara itu, kaum kafir juga tak ketinggalan merancang strategi yang dijalankan oleh agen-agen mereka tadi untuk melawan bangsa mereka sendiri, agar bangsa mereka tetap hina diinjak-injak dan dibelenggu oleh kekufuran.
Meskipun demikian keadaannya, Barat yang dengan AS sebagai gembongnya sudah merasa gentar kalau-kalau kebangkitan umat Islam suatu ketika mencapai titik sempurna sehingga umat Islam kembali menjadi umat istimewa yang berbeda dengan manusia lainnya.
Barat juga senantiasa ingat, bagaimana ideologi Islam dahulu telah mengubah kabilah-kabilah Arab yang serba terbelakang dan tak pernah diperhitungkan dalam sejarah menjadi umat istimewa yang berperadaban, yang kemudian tampil di pentas dunia dengan cahaya Islam serta dalam waktu singkat sanggup memantapkan posisinya sebagai pemimpin dunia. Kejayaan ini tetap lestari untuk sekitar 10 abad lamanya. Dan sepanjang masa itu, meratalah keadilan, keamanan,kesejahteraan, dan nilai-nilai yang luhur di setiap tempat. Bendera dan panji Khilafah pun berkibar-kibar dengan gagahnya di mana-mana.
(*/arrahmah.com)