KABUL (Arrahmah.com) – Sekutu utama AS yang menyumbang banyak pasukan dalam perang Afghanistan mempertanyakan kehadirannya di negara itu, sebuah langkah yang dapat memicu perdebatan di antara anggota NATO di tengah laporan penarikan pasukan AS, lansir Stars and Stripes pada Selasa (29/1/2019).
Italia sedang mempertimbangkan untuk menarik pasukan dari Afghanistan dalam waktu satu tahun, menurut sebuah laporan oleh Reuters, yang mengutip sumber senior Kementerian Pertahanan Italia yang tidak disebutkan namanya.
Sumber itu mengatakan kepada sekelompok wartawan bahwa Menteri Pertahanan Elisabetta Trenta meminta para pemimpin militer memulai perencanaan awal untuk penarikan penuh, dan “jangka waktu yang diambil adalah 12 bulan”, meskipun keputusan akhir belum dibuat, kata Reuters.
Dengan hampir 900 tentara di Afghanistan, Italia adalah salah satu kontributor terbesar untuk koalisi internasional. Negara ini memimpin operasi NATO di bagian barat.
Sementara di Jerman, yang 1.300 tentaranya membentuk kontingen nasional terbesar setelah AS, seorang anggota parlemen oposisi telah menyerukan rencana penarikan pasukan mereka. Jerman memimpin operasi koalisi di Afghanistan utara.
Pertimbangan ini datang setelah AS menikmati pengumuman Zalmay Khalilzad tentang kesepakatan prinsip pada AS dan Taliban dalam perjanjian damai yang akan mencakup penarikan pasukan AS dan janji Taliban untuk tidak melindungi kelompok-kelompok “teroris”.
Pemerintah Afghanistan belum dilibatkan dalam perundingan dan banyak perincian masih harus diselesaikan, tetapi perundingan AS-Taliban selanjutnya dijadwalkan pada 25 Februari mendatang.
“Kami terburu-buru agar rakyat Afghanistan dapat mengakhiri kekerasan secepat yang kami bisa,” kata Khalilzad kepada wartawan di Kabul, Senin (28/1). “Kami tidak bisa pergi meninggalkan ketidakpastian. Kami perlu menyelesaikan prosesnya.”
Pemerintah Jerman belum secara terbuka menyerukan rencana penarikan dalam beberapa hari terakhir, meskipun Menteri Pertahanannya, Ursula von der Leyen, mengatakan pada Januari bahwa ketika AS menyelesaikan misinya di Afghanistan, pasukan Jerman juga akan mundur.
Parlemen Jerman memiliki waktu hingga akhir Maret untuk memutuskan apakah akan memperpanjang misinya di Afghanistan atau tidak.
“Jika Amerika mengurangi jumlah tentara mereka, ini pasti akan menjadi misi yang berbeda (untuk militer Jerman),” kata anggota parlemen Bijan Djir-Sarais, dari Partai Demokrat, kepada majalah Der Spiegel, Senin (28/1). “Karena itu, pemerintah dan tentara memerlukan strategi.”
Partai Demokrat saat ini bukan bagian dari pemerintah tetapi telah berpartisipasi dalam koalisi sebelumnya yang dipimpin oleh Kanselir Angela Merkel. Partai telah lama memilih untuk melanjutkan operasi Afghanistan, tetapi rencana itu dapat berubah jika AS mundur.
Kekhawatiran koalisi meninggi ketika dilaporkan bahwa Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah pasukan Amerika di Afghanistan sekitar setengahnya.
Departemen Pertahanan AS belum diperintahkan untuk mempersiapkan penarikan penuh dari Afghanistan, penjabat Pentagon, Patrick Shanahan, menyatakan sesaat setelah bertemu dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg. Shanahan menolak untuk memberikan perincian lain tentang kemungkinan penarikan.
Sementara itu, Stoltenberg menyatakan dukungannya untuk diskusi damai yang sedang berlangsung, yang bertujuan agar Taliban bernegosiasi langsung dengan pemerintah Afghanistan. Namun dia mengatakan diskusi apa pun tentang pasukan koalisi yang ditarik dari Afghanistan akan terlalu dini.
Pasukan NATO pertama tiba di Afghanistan pada tahun 2001. Pada puncak perang tahun 2010, hampir 140.000 tentara – sekitar dua pertiga dari mereka orang Amerika – dikerahkan ke negara itu. (Althaf/arrahmah.com)