Oleh: Ustadz Fuad Al Hazimy
(Arrahmah.com) – Hamas (afiliasi IM di Palestina), Kataib Izzuddin Al Qassam (sayap militer Hamas), Saraya Al Quds (faksi Jihad Islam dukungan Iran), Jaisy Al Ummah (afiliasi Al Qaeda di Palestina), Syuhada’ Al Aqsha (sayap militer Fatah) dan masih banyak lagi faksi-faksi jihad di Palestina seperti Liwa’ Tauhid, Nashir Shalahuddin dan sebagainya adalah kelompok-kelompok muslim yang ingin berjihad membela Palestina dari kekejaman penjajah zionis Israel. Mereka adalah kelompok ahlus sunnah wal jamaah dari berbagai latar belakang.
Ada yang berlatar belakang nasionalis seperti Fatah dan faksi-faksinya, ada yang berlatar belakang Salafy Jihady seperti Jaisyul Ummah dan faksi-faksinya atau berlatar belakang Ikhwanul Muslimin seperti Kataib (brigade) Izzuddin Al Qassam dan faksi-faksinya.
Mereka persis seperti kaum muslimin di Indonesia yang memiliki beragam pemahaman Islam. Mereka bukan malaikat yang tanpa cacat. Kalau yang kita kuliti adalah kesalahan mereka, maka yang akan kita temukan adalah cacat demi cacat yang akhirnya mereka di mata kita hanya akan seperti manusia tak berharga.
Namun jika yang kita cari adalah kelebihan mereka, jelas sekali mereka telah mengorbankan jiwa dan raga mereka untuk membela tanah suci kita, kiblat pertama umat Islam : Masjidil Aqsha
Sikap saya pribadi terhadap Hamas, seperti halnya para ulama yang tidak pernah mempermasalahkan Sholahuddin Al Ayyubi yang beraqidah Asy’ariyyah bahkan para ulama sama sekali tidak mempermasalahkan beliau yang pernah menjadi salah satu menterinya Daulah Fathimiyyah yang nyata-nyata adalah daulah Syiah, karena perang adalah tipu muslihat.
Nyatanya begitu beliau memiliki kekuatan, sebelum beliau menyerang Al Quds yang dikuasai oleh pasukan salib, pihak pertama yang beliau hancurkan adalah Daulah Fathimiyah di Mesir, baru kemudian beliau menyerang pasukan Salib di Al Quds.
Bahkan di masa Nabi shollallohu alaihi wasallam pun beliau mengijinkan shahabat Muhammad bin Maslamah untuk menghina dan mencaci beliau Shollallohu Alaihi Wasallam di hadapan pembesar Yahudi bernama Ka’ab bin Al Asyraf sebagai sebuah siasat agar Ka’ab percaya kepada Muhammad bin Maslamah.
Perbuatan Muhammad bin Maslamah menghina Nabi shollallohu alaihi wasallam adalah kekufuran, namun perang adalah tipu muslihat, dan apa yang dilakukan Muhammad bin Maslamah nyata berhasil menipu Ka’ab bahkan berhasil membunuhnya, dan Nabi mengijinkan sikap beliau, Hadits tentang ini sangat masyhur dan shahih.
Sikap Hamas terhadap Iran bukan hanya menuai kritik dari luar, dari dalam tubuh Hamas pun banyak yang mengecam, apalagi ketika sebagian petinggi Hamas mengucapkan bela sungkawa atas terbunuhnya Qasim Sulaimany, jenderal Iran yang membantai ribuan kaum muslimin ahlus sunnah di Suriah.
Hampir semua faksi mujahidin di Suriah mengecam keras sikap ini, bahkan brigade Izzuddin Al Qassam pun mengkritik sikap beberapa petingginya atas ucapan duka kepada Sulaimany ini. Demikianlah peperangan, tidak bisa disikapi hitam putih atau disikapi hanya di luarnya saja, karena perang adalah tipu muslihat.
Seorang ulama berkata :
وَعَينُ الرِضا عَن كُلِّ عَيبٍ كَليلَةٌ وَلَكِنَّ عَينَ السُخطِ تُبدي المَساوِيا
”Pandangan mata yang penuh cinta akan selalu mengabaikan kekurangan, akan tetapi pandangan kebencian senantiasa mengorek-ngorek keburukan.”
Nabi shollallohu alaihi wasallam juga pernah mengirim 3 orang shahabat untuk memata-matai Musailamah Al Kadzdzab, Selama mereka menjadi mata-mata tentunya mereka bersikap persis seperti pengikut Musailamah kan ?
Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam mengijinkan sikap pura-pura itu karena perang adalah tipu muslihat.
Walaupun akhirnya Ar Rajjal bin Unfuwah berbalik murtad tapi poinnya adalah sikap berpura-pura dan bersiasat dalam peperangan adalah hal yang diajarkan Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam
Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam bersabda dalam hadits shahih :
عَنْ ذِي مِخْبَرٍ، رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ (سَتُصَالِحُونَ الرُّومَ صُلْحًا آمِنًا، فَتَغْزُونَ أَنْتُمْ وَهُمْ عَدُوًّا مِنْ وَرَائِكُمْ ، فَتُنْصَرُونَ، وَتَغْنَمُونَ ، وَتَسْلَمُونَ ، ثُمَّ تَرْجِعُونَ حَتَّى تَنْزِلُوا بِمَرْجٍ ذِي تُلُولٍ ، فَيَرْفَعُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ النَّصْرَانِيَّةِ الصَّلِيبَ ، فَيَقُولُ: غَلَبَ الصَّلِيبُ ، فَيَغْضَبُ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ ، فَيَدُقُّهُ، فَعِنْدَ ذَلِكَ تَغْدِرُ الرُّومُ ، وَتَجْمَعُ لِلْمَلْحَمَةِ )
صححه الألباني في ” صحيح أبي داود “
“Kalian akan mengadakan perjanjian damai yang kuat dengan Bangsa Romawi, kalian dan mereka (Romawi) akan memerangi musuh (yang berasal) dari belakang kalian, maka kemudian kalian menang, mendapatkan harta rampasan perang dan mereka pun menyerah. Kemudian ketika kalian pulang dan sampai di daerah yang hijau bertanaman banyak di daerah Dzu Tulul, ada seorang lelaki dari pengikut Nashrani mengangkat salib seraya berkata, ‘Salib telah menang..!!!’ Lalu seorang lelaki dari kaum muslimin marah mendengarnya lantas ia mematahkan salib tersebut. Maka bangsa Romawi menyalahi perjanjian damainya, dan mereka pun mengumandangkan genderang perang” (HR. Abu Dawud dinyatakan shahih oleh syaikh Al Albany).
Demikianlah peperangan, bahkan kepada musuh abadi yang disebutkan dalam Al Qur’an umat Islam mengadakan Sulhan Aaminan/ Perjanjian Damai yang terjamin, saling percaya, sesuatu yang amat sangat sulit diterima nalar tapi nyatanya terjadi dan disampaikan oleh baginda Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam.
Dan di zaman yang teknologi informasi sudah berkembang dengan sangat pesat ini, strategi seperti ini amat sangat rawan dijadikan oleh musuh untuk memecah belah shoff kaum muslimin jika kita tidak mendahulukan husnuzhon kepada para mujahidin.
Walllohu A’lam.
(ameera/arrahmah.com)