(Arrahmah.com) – Sesungguhnya waktu dalam agama islam memiliki tempat yang sangat Agung, tidak terhitung dan tidak terukur. Bahkan emas, perak, uang, dan segalanya tidak bisa membeli waktu untuk kembali walaupun sekejap saja.
Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah :
وقت الإنسان هو عمره في الحقيقة، وهو مادة حياته الأبدية في النعيم المقيم، ومادة معيشته الضنك في العذاب الأليم، وهو يمر مرَّ السحاب، فمن كان وقته لله تعالى وبالله تعالى فهو حياته وعمره، وغير ذلك ليس محسوباً من حياته
“Waktu yang dimiliki manusia itu adalah umurnya yang sebenarnya, dan dia adalah modal kehidupan yang paling berharga saat sehat dan muqim (aman). Juga modal manusia disaat yang sulit pada kesengsaraan dan kepedihan, dia bergerak sebagaimana gerakan awan, maka barang siapa yang waktunya untuk Allah dan karena Allah ta’ala maka itulah hidup dan umurnya yang sebenarnya, adapun selainnya maka itu tidak termasuk kehidupannya.”
Menggunakan waktu pada hal yang bermanfaat adalah sebuah keharusan, karena menggunakan kepada selainnya sudah pasti kerugian.
Seseorang harus bisa memilah dan memilih dari kegiatannya hal yang paling urgent kemudian yang semisalnya. Dan tidak membuang buangnya pada hal yang tidak bermanfaat baik bagi dunianya ataupun akhiratnya.
Bahkan jangan sampai membuang waktu yang sangat berharga tadi kepada hal-hal yang tidak ada dzikirnya kepada Allah subhanahu wata’ala apatah lagi bergelimang dalam kemaksiatan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” [Q.S. Al-Munafiqun : 9]
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjelaskan bahwasannya orang yang merugi adalah mereka yang lupa dengan dzikrullah dan orang yang beruntung adalah mereka yang selalu ingat kepada allah.
Hal merupakan akibat dari terlalu tenggelamnya seorang hamba kepada dunia dan segala kelezatannya sehingga melupakan akhirat bahkan lalai terhadap kewajibannya sebagai seorang hamba.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi waktu ashar, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” [Q.S. Al-Ashr 1-3]
Surat ini merupakan manhaj, metode, cara yang sempurna bagi seorang muslim dalam mengatur waktunya dan hari-harinya. Dalam surat ini terdapat pelajaran yang sangat penting didalamnya, dan didalamnya allah mengecualikan kelompok yang sedikit yaitu yabg keluar dari lingkarang kerugian, mereka adalah rang yang beriman, mengerjakan kebaikan dan saling menasehati dalam kebenaran dan dalam kesabaran.
Dan juga dalam al-qur’an allah subhanahu wata’ala menjelaskan bagaimana seseorang ketika selesai dari suatu pekerjaan:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ. وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَب
“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” [Q.S. Al Insyirah : 7-8]
Dalam ayat ini Al-Imam At-Thabari rahimahullah mengatakan :
اختلف أهل التأويل في تأويل ذلك، وأولى الأقوال في ذلك بالصواب، قول من قال: إن الله تعالى ذكره، أمر نبيه صلى الله عليه وسلم أن يجعل فراغه من كلّ ما كان به مشتغلا من أمر دنياه وآخرته، مما أدّى له الشغل به، وأمره بالشغل به إلى النصب في عبادته، والاشتغال فيما قرّبه إليه، ومسألته حاجاته، ولم يخصص بذلك حالا من أحوال فراغه دون حال، فسواء كلّ أحوال فراغه، من صلاة كان فراغه، أو جهاد، أو أمر دنيا كان به مشتغلا لعموم الشرط في ذلك، من غير خصوص حال فراغ، دون حال أخرى
“Para Ahli Ta’wil (Ahli Tafsir) berbeda pendapat dalam tafsir ayat ini, dan yang benar adalah pendapat pertama yaitu, perkataan yang mengatakan : sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala menjelaskan perintah (untuk) rasulullah shallallahu alaihi wasallam agar menjadikan waktu luangnya kepada apa-apa yang menyibukkan kepada hal-hal yang bermanfaat untuk dunianya dan akhiratnya, atau yang mendatangkan kepada kesibukan kepada keduanya, dan kesibukan yang bisa mendekatkan kepada-Nya, dan meminta kepada-Nya hajat-hajatnya, dan tidak ada pengkhususan dari satu kondisi ke kondisi yang lainnya, baik itu semua waktu luangnya baik dari sholat, jihad, atau perkara dunia dia menyibukkan diri, karena keumuman syarat pada ayat itu, tidak ada pengkhususan pada kondisi ke kondisi yang lain”.
Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
“Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” [Al-A’la : 17]
Para pembaca yang dirahmati Allah tentunya pembahasan tentang pentingnya waktu sangatlah panjang apalagi jika ditambahkan dengan contoh dan yang lainya, atau bahkan bisa bisa menjadi sebuah buku, tidak bisa diringkas menjadi artikel yang pendek kecuali banyak memotong ilmu yang ada.
Akan tetapi kami akan meringkasnya menjadi beberapa poin yang paling penting tentang pengaturan waktu ini :
(1). Jangan tunda pekerjaan saat ini pada hari esok.
(2). Ingatlah bahwa waktu yang anda miliki sekarang tidak akan pernah kembali selamanya.
(3). Jangan pernah menyia-nyiakan waktu anda kecuali untuk yang bermanfaat bagi dunia anda dan akhirat anda.
(4). Lihatlah bagaimana para ulama dan para salafus shalih memanfaatkan waktu mereka.
(5). Waktu anda adalah saat ini bukan kemarin yang telah berlalu atau besok yang belum terjadi.
(6). Waktu adalah diantara hal yang tidak bisa dibeli dengan harta semahal apapun.
(7). Penyesalan pasti terjadi dibelakang.
(8). Buatlah jadwal kegiatan anda dan petakan dari yang paling penting kemudian yang setelahnya.
(9). Muhasabah diri apa yang sudah kita lakukan hari ini.
(1)0. Lihatlah tabel jadwal harian anda sudah beberapa persen terealisasi.
Sumber: Wahdah
(*/Arrahmah.com)