(Arrahmah.com) – Syaikhul Mujahid Abul Hasan Al-Kuwaiti Hafizhahullah menyampaikan sebuah makalah seputar peristiwa-peristiwa penting berkenaan dengan jihad di Syam. Makalah ini diantaranya memaparkan bagaimana proses terbentuknya Daulah Islam Irak, siapa orang-orang yang mendirikannya, dan yang diamanahi kepengurusan atasnya, hingga terbentuknya Daulah yang baru. Berikut ini merupakan ringkasan dari peristiwa-peristiwa penting yang dapat kita ambil sebagai pelajaran berharga untuk keberlangsungan jihad di Syam tersebut.
Bagaimana Proses Berdirinya Daulah Islam Irak?
Saya ingin menceritakan kepada kalian siapakah orang-orang yang mendirikan Daulah Islam di Irak. Untuk membicarakannya kita perlu sejenak bercerita tentang kesyahidan pemimpin jamaah Al-Qaeda di Irak yaitu Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi dan tentang naiknya Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir sebagai pemimpin Al-Qaeda menggantikan Syaikh Abu Mush’ab.
Bagaimana proses pengangkatan Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir menjadi pemimpin Al-Qaeda yang baru? Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi menentukan 6 orang agar mereka memilih pemimpin yang baru sebagai pengganti beliau, maka setelah sepeninggalan Abu Mush’ab, lima orang diantaranya memilih Abu Hamzah Al Muhajir Al Mishri agar menggantikan beliau menjadi amir jamaah Al-Qaeda di Irak yang baru.
Pada tahap ini terjadi permasalahan di Diyala, Anbar dan Mosul. Para pendukung Al-Qaeda Irak dan para pejabat pemerintahan Irak yang membelot mulai mengingkari kepemimpinan Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir. Namun pengurus jamaah berhasil mengatasi permasalahan serta meredam fitnah dan menghindari perpecahan.
Saat itu Abu Hamzah mengamanahi kepengurusan wilayah Diyala kepada Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi, dia memberikan bai’atnya kepada Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi pada tahun 2004 dan kemudian menjalankan kepengurusan jamaah di Haditsa.
Setelah Syaikh Abu Hamzah menyerahkan kepengurusan wilayah Diyala kepada Syaikh Abu Umar antara bulan Juni hingga Oktober 2006, terjadi perbincangan dan pembahasan di dalam majelis Syura yaitu untuk meminta kepada Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir agar mendeklarasikan penegakan Daulah, anggota majelis syura itu sendiri terdiri dari beberapa jamaah jihad: Al-Qaeda, Brigade Al-Jihad, Anshar Tauhid, Thaifah Manshurah, Kataib Al-Ahwal, Al-Ghuraba dan Jaisy Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Maka Syaikh Abu Hamzah merancang pembentukan Daulah, Tujuan beliau adalah mengantisipasi pertumpahan darah pasca penarikan mundur pasukan Amerika dari Irak. Tujuan beliau yang lain adalah mengantisipasi terjadinya perpecahan dan peperangan antar sesama mujahidin sebagaimana yang terjadi setelah hengkangnya Uni Soviet dari Afghanistan. Beliau berijtihad bahwa dengan pendeklarasian daulah ini, maka perang saudara dan perpecahan dapat dihindari di masa yang akan datang.
Pada awalnya rencana beliau ini tidak mendapat dukungan dari para anggota majelis syura, mereka menolaknya disebabkan kedepannya nanti akan menciptakan krisis di medan jihad Irak. Lagipula mereka belum memiliki instrumen serta SDM yang diperlukan untuk penegakan daulah, dan juga pihak-pihak lain akan merasa terasingkan.
Suasana pembahasannya ketika itu adalah pembahasan mengenai deklarasi daulah yang merupakan desakan dari Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir dan itu adalah ijtihad beliau. Ketika mereka melihat bahwa beliau tidak menyerah dan terus mendesak hal ini maka mereka menerimanya dengan tujuan untuk menghindari perpecahan lain yang tak diinginkan.
Kemudian mereka menuntut untuk memilih seorang amir dari mereka, lalu beliau menjawab: “Kami sudah memiliki nama amirnya”. Beliau pun menunjuk Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi untuk diserahi kepemimpinan ini, kemudian wakilnya nanti akan berasal dari seorang perwakilan dari sisa 6 jamaah lainnya yang bergabung di dalam majelis syura.
Di sini Anda sekalian dapat melihat bahwa program ini digagas dan diajukan oleh Al-Qaeda di Irak, dan daulah dipimpin oleh orang yang berasal dari Al-Qaeda Irak juga, yaitu Abu Umar Al-Baghdadi. Dengan ini, maka kita dapat menyimpulkan dari pernyataan Syaikh Dr. Ayman Az-Zhawahiri yang terakhir bahwa Al-Qaeda Irak telah menggabungkan diri ke dalam tubuh Daulah Islam Irak.
Penggabungan diri ini jelas diprakarsai oleh kepemimpinan Al-Qaeda, dan pada hakekatnya telah terjadi perubahan skenario, dari skenario Al-Qaeda Irak menjadi skenario Daulah Islam Irak dan dijalankan oleh seluruh kepemimpinan Al-Qaeda beserta kader-kadernya dan jamaah-jamaah jihad lainnya yang menerima skenario tersebut.
Namun setelah deklarasi ternyata banyak terjadi permasalahan dan perang yang sengit disertai penolakan dari pihak-pihak lainnya terhadap proyek ini, namun kami disini tidak memiliki kredibilitas untuk memaparkan kejadian-kejadian tersebut ataupun memberikan pendapat tentang legalitasnya, karena terdapat ahli ilmu dan pakar tersendiri yang akan mengevaluasinya.
Ketika perang yang sengit ini tengah berlangsung, banyak para pengurus penting Daulah yang hilang karena tertangkap ataupun terbunuh, yang paling berpengaruh adalah pembunuhan terhadap dua Syaikh, yaitu Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi dan Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir, sehingga setelah kematian keduanya, kekuatan dan wilayah yang berhasil dikuasai oleh Daulah menjadi hilang.
Pada tahap ini, muncullah beberapa orang sisa-sisa daulah yang mengumumkan kelangsungan peperangan, mereka tetap mengangkat panji daulah, mereka semua dipimpin oleh Abu Bakar Al -Baghdadi.
Daulah Yang Baru
Kami tidak banyak tahu tentang kerancuan pada apa yang dipilih oleh Abu Bakar Al-Baghdadi, namun kami jelas mengetahui bahwa dia adalah sosok yang tidak diketahui kadar keilmuannya maupun kejelasan manhajnya, dan dia tidak memiliki posisi apapun di dalam tubuh Daulah Islam Irak yang lama.
Perhatikanlah! Walaupun terdapat para pemimpin yang lebih utama, lebih senior dan lebih tahu, baik dari tanzhim Al-Qaeda maupun dari majelis syura itu sendiri yang merupakan embrio Daulah, mengapa kemudian Abu Bakar Al-Baghdadi yang muncul menjadi pemimpinnya? Maka ini menjadi sebuah alasan bagi kita untuk berhenti merenungkan dan mencari penyebabnya. Disebutkan bahwa diantara salah satu sebab deklarasi Daulah dengan jajaran kepemimpinan yang baru ini adalah, suatu hari Kolonel Hajji Bakr mengangkat tangannya dan berkata: “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya engkau adalah Amirul Mukminin.” Kemudian dia membai’atnya!!
Hajji Bakr pernah dipenjara karena dia termasuk ke dalam jajaran pemimpin didalam pemerintahan rezim Ba’ats. Dia dipenjara bersama dengan seorang kepala staff pejabat di Daulah, namanya adalah Ar Ra’iy. Sebelumnya dia adalah seorang pejabat di dalam pemerintahan rezim Ba’ats. Ada beberapa orang yang menolak untuk mengangkat Ar Ra’iy sebagai kepala staff pejabat di Daulah, mereka adalah Abdul Kareem Baz, seorang anggota majelis syura Daulah, Abu Mushthafa Al-Hathab, Abu Faraas Al-Hathab dan Abdul Aziz Al-Amiri. Dan orang-orang saleh tersebut dibunuh secara misterius setelah mereka menolak mengakui jabatan Ar Ra’iy didalam Daulah.
Setelah kolonel Hajji Bakr bebas dari penjara, dia mengajukan kerjasama dengan Ar Ra’iy yang ketika itu masih menjadi kepala staff pejabat di Daulah Islam Irak. Lalu dia diangkat oleh Ar Ra’iy sebagai wakilnya, dan setelah Ar Ra’iy terbunuh, dia naik menggantikannya dan membai’at Abu Bakar Al-Baghdadi.
Perntanyaannya Adalah:
-
Mengapa 30 orang petinggi Daulah Islam Irak yang lama tidak bergabung dengan Daulah Islam yang baru?
-
Kemana perginya para pengikut Syaikh Abu Anas Asy Syami (orang penting Al-Qaeda Irak) dan Syaikh Az-Zarqawi?
-
Dimanakah posisi kepemimpinan Al-Qaeda dan Daulah Islam yang lama ketika pembentukan Daulah baru?
-
Kemana perginya para ulama dan penuntut ilmu yang sebelumnya mereka selalu mendampingi tanzhim?
-
Kemana perginya para petinggi Daulah yang telah bebas dari penjara? Mengapa mereka tidak kembali ke Daulah yang baru?
Ini adalah ringkasan dari peristiwa-peristiwa penting yang dapat kita ambil sebagai pelajaran berharga untuk keberlangsungan jihad di Syam. Kita juga mulai dapat menyaksikan berita dan kesaksian tentang Daulah baru dan mengetahui keadaannya ketika deklarasi versi Abu Bakar Al-Baghdadi serta kelemahannya, dan akhirnya mereka menyerukan pelepasan diri dari Al-Qaeda ketika kebobrokan deklarasi mereka tersingkap. Dan selama mereka terus bersembunyi dibalik slogan-slogan kepalsuan yang menyimpang, maka hakekat mereka yang buruk akan semakin tersingkap.
(muqawamahmedia/arrahmah.com)