Syaikh Usamah Bin Ladin selalu mengulang pernyataan bahwa beliau tidak ingin tertangkap hidup. Amerika telah mengeluarkan miliaran dollar dan kehilangan ribuan tentara untuk menangkap Syaikh Usamah Bin Ladin dengan menghancurkan Al Qaeda. Tapi dari hari ke hari Syaikh Usamah Bin Ladin dan Syaikh Aiman Al Zawahiri menunjukkan kemenangan politik dan propaganda Al Qaeda.
Tak seorang pun sungguh-sungguh mengetahui dimana kedua pria tersebut bersembunyi, hanya sekedar teori yang beredar. Sebagian percaya bahwa keduanya selalu berpindah lokasi dari satu suku ke suku lain di perbatasan Afghan-Pakistan yang terbentang sekitar 1.500 mil. Wilayah ini di luar wilayah hukum Pakistan yang memandangnya sebagai “Pahlawan Mujahid” yang berperang untuk membebaskan Afghanistan dan telah menyerahkan kekayaan dan kenyamanan hidup bagi saudara-saudara seiman yang berperang melawan musuh-musuh Islam.
Jendral Asad Durrani, kepala Badan Intelijin Pakistan menyakini bahwa kota besar adalah tempat terbaik bagi Syaikh Usaman Bin Ladin untuk bersembunyi. Kota-kota seperti Karachi, Faisalabad, Peshawar, Quetta dan Rawalpindi adalah tempat persembunyian yang baik dan melahirkan tokoh-tokoh kunci Al Qaeda.
Dikatakan oleh orang dekat Syaikh Usamah Bin Ladin bahwa beliau tinggal di rumah yang sama dengan Abu Zubaydah yang tertangkap di Faisalabad pada bulan Maret 2002. Sumber tersebut mengatakan bahwa Syaikh Usamah Bin Ladin meninggalkan rumah tersebut tiga hari sebelum penyergapan terjadi. Penyergapan dilakukan pasukan gabungan Amerika-Pakistan.
Ketika Syaikh Usamah mengirimkan rekaman audio-tape bulan terakhir ini, beliau tidak memberi indikasi dimana beliau bersembunyi. Statemen beliau menunjukkan bahwa beliau beserta Syaikh Aiman Al Zawahiri berada di tempat yang nyaman dan aman, dan dapat mengikuti perkembangan politik jazirah Arab dan seluruh dunia.
Syaikh Usamah mengatakan bahwa sejak kembali ke Afghanistan setelah di deportasi dari Sudan, beliau tidak lagi menggunakan peralatan modern untuk berkomunikasi seperti HP ataupun telpon satelit serta Internet maupun e-mail. Beliau memilih berkomunikasi dengan tulisan tangan yang diantar oleh kurir. Beliau mendapat seluruh berita terbaru dari kurir yang mendownload dan mengkopi dari kafe Internet.
Syaikh Usamah dan Syaikh Aiman Al Zawahiri sangat sulit dilacak karena kecerdikannya. Mereka membuat sistem keamanan mereka sendiri. Beliau selalu dikawal seorang bodyguard dan sekelompok kecil pasukan kepercayaan. Indikasi kesuksesan beliau dalam membuat sistem keamanan adalah bahwa persembunyian dua istri dan hampir dua puluh putra-putrinya di Afghan pun tak pernah diketahui. Begitu juga keberadaan keluarga Syaikh Aiman Al Zawahiri, tak seorangpun tahu.
Syaikh Usamah Bin Ladin dan Syaikh Aiman Al Zawahiri berpindah-pindah di wilayah yang penduduknya mendukung Al Qaeda dan pengikutnya bersedia mati demi membela beliau. Hal ini berbeda dengan Saddam Hussein yang arogan, ceroboh dan bergerak di wilayah yang sama. Meskipun dalam pelarian Saddam masih berlagak seperti penguasa. Saddam mengunjungi beberapa kepala suku dan berhubungan dengan pengikut-pengikut yang berkhianat dan bodyguard yang tidak setia. Padahal di sana ada 14.000 personil dari tentara Amerika dan tiga perempat dari penduduk Irak melawannya.
Sepertinya, hidup atau mati, Syaikh Usamah Bin Ladin akan selalu menjadi masalah bagi Amarika. Jika dia tertangkap hidup-hidup, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana menurut beliau, akan menjadikan beliau syahid dan harus lewat operasi berdarah. Membunuh beliau hanya akan menjadikan beliau pahlawan dan menambah kebencian kaum muslimin, khususnya di daerah pendudukan dan para pendukung Al Qaeda, terhadap AS.
Kematian Syaikh Usamah Bin Ladin tidak akan merubah kekuatan Al Qaeda, sebagaimana kematian Syaikh Abu Musab Al Zarqawi yang tidak berpengaruh pada kondisi Al Qaeda. Pola-pola serangan terbaru Al Qaeda menunjukkan bahwa organisasi tersebut memiliki kehidupan dan kekuatannya sendiri dan tidak bergantung kepada pemimpin atau sosok tertentu dalam organisasi.
Hanya Ideologi Islam semata yang menjadikan gerakan ini semakin solid, semakin kuat dan mampu berjuang setelah kematian pemimpinnya sekalipun. Jadi, hidup atau mati, Syaikh Usamah Bin ladin tetap menjadi figur panutan dan inspirasi bagi organisasi Al Qaeda.
Kematian Syaikh Usamah Bin ladin tidak akan berpengaruh pada serangan-serangan Al Qaeda karena setiap amir wilayah memiliki hak penuh untuk menentukan taktik dan target serangan. Para amir ini tidak perlu ijin atau instruksi langsung dari Syaikh Usamah Bin Ladin maupun Syaikh Aiman Al Zawahiri sebelum melakukan operasi maupun menarik perhatian media.
Di samping itu, yang membuat Al Qaeda berbeda dengan organisasi Islam lain adalah keterbukaannya menerima penggabungan dari berbagai madzhab kecuali syiah. Jadi, tidak mungkin menunjukkan musuh yang tidak terlihat atau terpahami. Al Qaeda adalah hal baru dalam sejarah, tidak memiliki wilayah geografi dan anggotanya tersebar di seluruh penjuru dunia. Al Qaeda memang sebuah fenomena.
Wallahu’alam bis showab!
Dikutip dari buku “In The Heart of Al Qaeda ; Biografi Usamah Bin Ladin & Organisasi Jihad Al-Qaeda”, Ar Rahmah Media, Maret, 2008