(Arrahmah.id) – Pertahanan Sipil di Jalur Gaza mengatakan bahwa lebih dari 2.800 jenazah syuhada telah menguap. Apa sifat senjata yang dapat menguapkan jenazah? Dan apa dampaknya terhadap mereka yang tidak sampai meninggal ketika terkena senjata tersebut?
Juru bicara Pertahanan Sipil di Jalur Gaza, Mayor Mahmoud Basal, mengatakan 20 Januari 2025, bahwa “jumlah syuhada yang jenazahnya menguap dan tidak kami temukan jejaknya karena pengeboman ‘Israel’ telah mencapai 2.842 syuhada.”
Dia mengonfirmasi – dalam konferensi pers yang diadakan di pusat Kota Gaza – bahwa kru Pertahanan Sipil di seluruh Jalur Gaza terus mengevakuasi jenazah puluhan syuhada yang telah membusuk, baik yang berada di bawah reruntuhan maupun yang tertinggal di jalan-jalan, dan mereka tidak dapat dijangkau karena pengeboman ‘Israel’ dan luasnya kerusakan, serta kurangnya kemampuan, terutama karena tidak adanya alat berat.
Ia melanjutkan, “Tim kami di seluruh provinsi di Jalur Gaza telah menemukan lebih dari 38.000 jenazah syuhada, dan lebih dari 97.000 korban luka dari tempat, rumah, dan bangunan yang menjadi target ‘Israel’ sejak dimulainya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023.”
Mayor Basal menyerukan agar tim pertahanan sipil Arab dan asing diizinkan memasuki Jalur Gaza yang terkepung untuk membantu pencarian lebih dari 10.000 jenazah syuhada yang masih tertimbun reruntuhan.
Pusat Media Palestina mengatakan dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada awal Desember 2024 bahwa pendudukan ‘Israel’ menggunakan senjata yang dilarang secara internasional yang membakar dan menguapkan jenazah hingga menghilang.
Pusat tersebut menambahkan bahwa “ribuan syuhada tewas oleh bom yang sifatnya masih belum diketahui, tetapi yang melelehkan dan menguapkan jenazah karena panas tinggi yang dipancarkan saat ledakan terjadi, mengubah jenazah yang berada di (area target) menjadi partikel-partikel kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, beterbangan dan meleleh di udara dan tanah.”
Laporan tersebut mengutip pernyataan Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan di Gaza, Munir al-Barash, yang mengatakan bahwa tentara pendudukan menggunakan senjata yang sifatnya tidak diketahui di Jalur Utara yang menyebabkan tubuh menguap.
Al-Barash mengonfirmasi dalam beberapa pernyataan pers bahwa akibat pengeboman ‘Israel’ yang terus-menerus dengan senjata terlarang ini, tubuh seluruh keluarga menghilang setelah dibom, dan kru pertahanan sipil tidak dapat menemukan mereka.
Ia menambahkan bahwa di antara senjata yang digunakan adalah bom yang sangat eksplosif dengan suara yang “mengerikan”, dan ketika seseorang mendekatinya dalam jarak 200-300 meter, mereka menguap.
Pada suhu berapa tubuh manusia menguap?
Tidak ada jawaban ilmiah yang terdokumentasi untuk pertanyaan ini, tetapi – secara ilmiah – suhu yang dibutuhkan untuk membakar jenazah (kremasi) dalam prosedur kremasi berkisar antara 800 dan 1.000 derajat Celsius. Panas yang sangat tinggi di dalam oven industri yang dikenal sebagai ruang kremasi menguraikan jenazah, mereduksinya menjadi komponen kimia dasar berupa gas, abu, dan pecahan logam.
Beberapa data – yang kami peroleh dalam penyusunan laporan ini – menunjukkan bahwa suhu yang berkisar antara 1.500 hingga 3.000 derajat Celsius akan cukup untuk menguapkan jenazah, terutama jika dikombinasikan dengan tekanan yang sangat tinggi akibat ledakan.
Ini berarti bahwa penguapan jenazah di Jalur Gaza akan menjadi hasil dari senjata yang menyebabkan suhu area yang ditargetkan meningkat hingga lebih dari 1.500 derajat Celsius, dengan tekanan besar pada jenazah. Ini membawa kita pada jenis senjata yang dapat menyebabkan penguapan jenazah, yaitu bom termobarik atau bom vakum.
Apa itu bom termobarik?
Bom termobarik (juga disebut bom vakum atau bahan peledak udara berbahan bakar) adalah bom yang terdiri dari wadah bahan bakar dengan dua muatan peledak terpisah, menurut laporan yang diterbitkan oleh situs web BBC.
Bom termobarik dapat diluncurkan sebagai rudal atau dijatuhkan sebagai bom dari pesawat terbang. Saat mengenai sasarannya, muatan peledak pertama membuka wadah dan menyebarkan campuran bahan bakar secara luas sebagai awan.
Awan ini dapat menembus setiap bukaan atau pertahanan di gedung yang tidak tertutup rapat.
Muatan kedua kemudian meledakkan awan, menciptakan bola api besar, gelombang ledakan besar, dan ruang hampa yang menyedot semua oksigen di sekitarnya. Senjata tersebut dapat menghancurkan bangunan dan peralatan yang dibentengi serta membunuh atau melukai orang.
Senjata ini digunakan untuk berbagai keperluan dan tersedia dalam berbagai ukuran, termasuk senjata yang digunakan oleh prajurit perorangan seperti granat tangan dan peluncur roket genggam.
Versi besar yang diluncurkan dari udara juga telah dirancang khusus untuk membunuh mereka yang berlindung di gua-gua dan kompleks terowongan, dan efek senjata ini paling parah di ruang tertutup.
Pada 2003, Amerika Serikat menguji bom seberat 9.800 kg, yang dijuluki “Mother of All Bombs”. Empat tahun kemudian, Rusia mengembangkan perangkat serupa, “Father of All Bombs”. Perangkat ini menghasilkan ledakan yang setara dengan bom konvensional seberat 44 ton, menjadikannya alat peledak non-nuklir terbesar di dunia.
Karena efeknya yang menghancurkan, dan efektivitasnya terhadap orang-orang yang bersembunyi di gedung atau bunker, bom termobarik digunakan terutama di lingkungan perkotaan (seperti di Jalur Gaza).
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada 30 April 2024, Euro-Mediterranean Human Rights Monitor menyerukan “investigasi internasional untuk memeriksa kemungkinan bahwa ‘Israel’ menggunakan senjata yang dilarang secara internasional, termasuk bom termobarik, yang pertama-tama menggunakan bahan peledak konvensional kecil untuk menciptakan awan partikel atau tetesan yang sangat mudah terbakar. Alat peledak kedua kemudian menyulut awan bahan yang mudah terbakar, menghasilkan suhu yang sangat tinggi hingga 2.500 derajat Celsius, menyebabkan luka bakar parah pada kulit dan bagian dalam tubuh, serta membakar tubuh hingga meleleh atau menguap sepenuhnya, terutama di area tempat awan ledakan paling padat.”
Pemantau menambahkan, “Penyelidik harus menentukan jenis senjata yang digunakan secara tepat; perkiraan awal menunjukkan bahwa beberapa tubuh mungkin juga mulai membusuk menjadi abu beberapa saat setelah kematian, sebagai akibat dari kondisi yang disebabkan oleh bom termobarik.”
Ada juga kemungkinan bahwa penguapan mayat disebabkan oleh bom fosfor, yang dilaporkan digunakan secara luas oleh pasukan ‘Israel’. Ini adalah senjata pembakar yang mengandung fosfor putih sebagai muatan utama, yang dirancang untuk menghasilkan panas yang sangat tinggi sekitar 1.000 derajat Celsius, selain daya rusaknya.
Apa dampak bom termobarik terhadap kesehatan orang-orang di area ledakan?
Jika seseorang tidak langsung meninggal atau menguap di area ledakan bom termobarik, ia diperkirakan akan menghadapi berbagai dampak kesehatan
Bom termobarik menghasilkan gelombang kejut dan tekanan, yang mengganggu rongga udara dalam tubuh, dan ini terutama memengaruhi sistem paru-paru, kardiovaskular, pendengaran, pencernaan, dan saraf pusat.
Sistem paru-paru
Bom termobarik dapat menyebabkan alveoli pecah, yang mengakibatkan kebocoran cairan ke paru-paru, yang dapat menyebabkan paru-paru terisi penuh.
Komplikasi lain dari alveoli yang pecah adalah emboli gas arteri dan pendarahan dada.
Sistem Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular dapat terpengaruh oleh emboli udara di jantung atau arteri koroner atau oleh kerusakan luas pada otot jantung.
Sistem Pendengaran
Pada kerusakan ringan, gendang telinga pecah dengan gangguan pendengaran ringan. Pada kasus yang lebih parah, membran dapat hancur dan tulang-tulang pendengaran dapat bergerak, yang memerlukan intervensi bedah. Dalam kasus terburuk, telinga bagian dalam rusak, dan menjadi tuli akibat tidak berfungsinya saraf sensorik, nyeri yang melumpuhkan, mual, dan masalah keseimbangan.
Sistem Pencernaan
Kerusakan sistem pencernaan terjadi ketika gelombang tekanan dari bom melewati kantong gas yang terperangkap di usus. Memar terjadi pada kasus ringan, tetapi pada kasus yang parah, usus dapat mengalami perforasi.
Sistem Saraf Pusat
Cedera utama pada sistem saraf pusat akibat ledakan awal adalah emboli gas arteri serebral, yang dapat berakibat fatal. (zarahamala/arrahmah.id)
*Penulis adalah jurnalis Al Jazeera