BAGHDAD (Arrahmah.id) — Badai pasir kembali melanda Irak pada Senin (14/4/2025). Peristiwa ini menyebabkan ribuan warga mengalami gangguan pernapasan. Menurut pernyataan resmi Kementerian Kesehatan Irak, terdapat lebih dari 3.700 orang telah dirawat di rumah sakit sejak badai melanda.
“Setidaknya 3.747 orang sejauh ini telah dirawat di rumah sakit di Baghdad dan provinsi lain,” ujar juru bicara Kementerian Kesehatan, Saif al-Badr, dikutip[ dari France24 (16/4).
Adapun wilayah ibu kota Baghdad mencatat jumlah pasien tertinggi, dengan 1.014 orang mengalami gangguan pernapasan akibat badai ini.
Disusul provinsi al-Muthanna dengan 874 kasus. Meski begitu, al-Badr memastikan sebagian besar pasien telah pulih dan dipulangkan ke rumah masing-masing.
Meskipun terdapat ribuan orang yang dirawat di rumah sakit, beruntungnya, dilaporkan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
Al-Badr juga menegaskan bahwa pasokan obat-obatan, perlengkapan medis, dan oksigen di rumah sakit masih memadai.
“Kami tidak menghadapi masalah dalam menyediakan obat-obatan, perlengkapan medis, atau oksigen,” katanya.
Meski badai pasir bukanlah fenomena yang baru di Irak, para ahli memperingatkan bahwa intensitas dan frekuensinya meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Perubahan iklim diyakini menjadi salah satu faktor utama yang jadi pemicu terjadinya badai pasir di Irak.
Prospek Lingkungan Global dari Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat bahwa Irak adalah negara kelima yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Kombinasi antara kekeringan ekstrem, deforestasi, dan berkurangnya tutupan lahan hijau memperparah situasi di negara tersebut.
Ketika angin kencang menerjang wilayah yang tanahnya gersang dan tak terlindungi oleh vegetasi, partikel-partikel pasir dan debu dengan mudah beterbangan ke udara.
Inilah yang memicu badai pasir besar dan membahayakan kesehatan, khususnya saluran pernapasan. Badai pasir membawa partikel halus yang dapat masuk ke saluran napas dan paru-paru.
Warga yang memiliki masalah pernapasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) menjadi kelompok paling rentan.
Pemerintah Irak terus mengimbau masyarakat untuk tetap berada di dalam ruangan selama badai berlangsung dan menggunakan masker jika harus keluar rumah. (hanoum/arrahmah.id)