BAGHDAD (Arrahmah.id) — Lebih dari 1.000 warga Irak dilarikan ke rumah sakit karena penyakit pernapasan pada Kamis (5/5/2022) akibat badai pasir.
Ini adalah badai pasir yang ketujuh melanda Irak dalam sebulan terakhir, kata media pemerintah dikutip dari AFP (5/5).
Penduduk di enam dari 18 provinsi Irak termasuk Baghdad dan Al Anbar di barat yang luas, kembali diterpa awan debu tebal yang menyelimuti langit.
Kepulan debu tebal sampai membuat langit berubah warna menjadi oranye. Penerbangan pun dihentikan di bandara Baghdad dan Najaf karena penglihatan buruk.
Otoritas di provinsi Al Anbar dan Kirkuk di utara ibu kota mendesak orang-orang untuk tetap di dalam rumah, kata kantor berita resmi INA.
Rumah sakit di provinsi Al Anbar telah menerima lebih dari 700 pasien dengan kesulitan bernapas, kata Anas Qais petugas kesehatan yang dikutip oleh INA.
Provinsi Salahuddin di Irak tengah melaporkan lebih dari 300 kasus, sedangkan provinsi Diwaniya dan provinsi Najaf di selatan Baghdad masing-masing mencatat sekitar 100 kasus.
Irak sangat rentan terhadap perubahan iklim, mengalami rekor curah hujan rendah dan suhu tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Para ahli mengatakan, faktor-faktor itu berisiko membawa bencana sosial dan ekonomi di negara yang dilanda perang tersebut.
Pada November 2021, Bank Dunia memperingatkan Irak dapat mengalami penurunan sumber daya air sebesar 20 persen tahun 2050 karena perubahan iklim.
Pada awal April 2022, seorang pejabat pemerintah memperingatkan Irak bisa menghadapi 272 hari badai pasir setahun dalam beberapa puluh tahun mendatang.
Kementerian Lingkungan Irak mengatakan, fenomena cuaca dapat diatasi dengan meningkatkan tutupan vegetasi dan menciptakan hutan yang bertindak sebagai penahan angin. (hanoum/arrahmah.id)