JAKARTA (Arrahmah.com) – Budayawan senior Ridwan Saidi menyayangkan penggunaan influencer oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo yang menelan biaya sekitar Rp 90,4 miliar.
Babe Saidi menilai, penggunaan influencer untuk membangun citra positif dalam kebijakan yang dilakukan pemerintah tak akan bertahan lama, apalagi membekas di masyarakat.
“Sekarang ada dana untuk influencer, hanya untuk pencitraan. Citra itu bahasa Melayu, artinya bayangan. Ya buat ape?” ucap Ridwan Saidi saat menjadi narasumber dalam diskusi virtual bertema ’75 Tahun Merdeka, Besok Mau Apa?’ yang digelar Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (25/8/2020), sebagaimana dilansir RMOL.
Menurut Babe Saidi, dahulu ketika era orde lama pun tidak ada istilah buzzer yang berperan untuk memperbaiki citra pemerintah.
“Kalau dulu nggak ada ginian. Paling dulu tuh ada Bansoek (Barisan Soekarno),” tuturnya.
Babe Saidi menambahkan, adanya influencer yang disebut-sebut seperti buzzer politik itu menunjukkan rendahnya kualitas komunikasi. Ini sedikit banyaknya akan berpengaruh pada demokratisasi di Indonesia.
“Yang pasti buzzer itu under quality. Komunikasinya enggak bagus. Demokrasi di Indonesia bisa berubah jadi komersialisasi,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)