BANDUNG (Arrahmah.com) – Budaya, pendidikan dan agama merupakan tiga bidang yang berkaitan satu sama lain. Ketiganya berkaitan pada tingkat nilai-nilai yang sangat penting bagi manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Demikian salah satu paparan Prof. Dr.Azyumardi Azra, MA di hadapan peserta Pengajian Bulanan ICMI Orwil Jawa Barat, Sabtu (20/3) di Bandung.
Menurutnya, pendidikan yang bebasis pada nilai-nilai luhur dalam ajaran Islam hendaknya mulai diterapkan sejak dini dalam lingkup keluarga. Azyumardi menyangkan jika pendidikan terutama ajaran Islam baru mulai diperkenalkan pada anak, saat anak masuk pendidikan formal.
“Harusnya keluarga muslim kita banyak membaca sejarah, sebagian besar pelaku sejarah perubahan peradaban manusia dilakukan oleh generasi yang matang dalam memperoleh pendidikan di lingkup keluarga, termasuk Rasulullah,” ungkap Direktur Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Lebih lanjut Azyumardi memaparkan, kiblat pendidikan yang cenderung bercermin pada metode pendidikan ala barat di yakini akan mempengaruhi pembentukan watak dasar pendidikan Islami. Masih menurut Azyumardi, padahal sejak awal terbentuknya keluarga,orang Islam sudah di ingatkan bahkan di doakan agar menjadi keluarga yang sakinah,mawaddah wa rahmah.
“Harusnya komitmen itu terus di pelihara dan berusaha di wujudkan sepanjang keluarga itu ada.Karena sejarah membuktikan dari keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah akan melahirkan generasi tangguh dan berjiwa kepemimpinan sejati,bukan pencundang,” sambungnya.
Dirinya juga tidak menampik jika serbuan arus globalisasi akan melahirkan generasi yang bergaya hidup hedonistic, materialistic dan permisif.Hal ini semakin subur karena di dukung tayangan televisi swasta yang menayangkan gaya hidup ala barat. Alih-alih ingin memajukan taraf hidup,justru tayangan tersebut hanya mempercepat disorientasi dan dislokasi keluarga dan rumah tangga di Indonesia.
Namun ia menampik jika generasi muda khususnya umat Islam sudah kehilangan jati diri.Banyaknya generasi muda yang terjerat kasus narkoba atau kriminal anak tidak bisa di jadikan acuan.
“Sebenarnya masih banyak anak muda yang terlahir dari keluarga baik yang berprestasi, baik lokal, nasional maupun internasional. Hanya saja mereka tidak terekspos ke publik, sebaliknya yang sering di publikasikan justru yang negatif saja,” jelasnya.
Kondisi demikian harusnya menjadi tantangan sekaligus peluang bagi generasi muda khususnya keluarga muslim untuk bisa melahirkan generasi yang akan menjadi teladan ummat selain Rasulullah.
“Generasi demikianlah yang kita nanti-nantikan saat ini, di tengah merosotnya moral sebagian pemimpin bangsa,” pungkasnya. (hid/arrahmah.com)