KAIRO (Arrahmah.com) – Sekitar 3000 anggota Jama’ah Islamiyah Mesir melibatkan diri dalam aksi demonstrasi di Tahrir Square, Kairo pada Jum’at sore (20/4/2012) dipimpin oleh syaikh Muhammad azh-Zhawahiri, saudara kandung pemimpin tertinggi mujahidin Al-Qaeda, dr. Aiman azh-Zhawahiri.
Syaikh Muhammad azh-Zhawahiri baru dibebaskan dari penjara militer Mesir bulan lalu. Selama hampir tiga puluh tahun ia mendekam dalam penjara, karena dituduh terlibat dalam pembunuhan terhadap thaghut Mesir yang mengakui kedaulatan penjajah zionis Yahudi, Anwar Sadat.
Para demonstran dari Jama’ah Islamiyah Mesir meneriakkan semboyan “Islam, Islam” dan “Allahu akbar, Allahu Akbar”. Selain mereka, Tahrir Square juga dipenuhi oleh ribuan demonstran dari Partai Kebebasan dan Keadilan (sayap politik Ikhwanul Muslimin Mesir), Partai Cahaya (sayap politik kelompok Salafi Mesir), para pendukung capres Hazim Shalah Abu Ismail, dan sebagian besar partai politik yang terlibat dalam pemilu Mesir.
Para demonstran menuntut pemecatan para pejabat negara yang masih mewakili kepentingan rezim lama, menuntut pencabutan pasal 28 UUD Baru Mesir, dan pelaksanaan pemilu presiden pada waktu yang telah ditetapkan.
Belum lama ini Komisi Tertinggi Pemilihan Umum Mesir menganulir sepuluh orang capres dengan beragam alasan. Semua partai politik menganggap pasal 28 UUD Baru Mesir menguntungkan pihak Dewan Tertinggi Militer yang merepresentasikan kekuatan rezim lama.
Dalam demonstrasi di Tahrir Square beberapa hari yang lalu, capres dari Partai Kebebasan dan Keadilan, ir. Khairat Shatir menuding Dewan Tertinggi Militer di balik kekisruhan pemilu demi mempertahankan kekuasaan militer dan menghambat pemerintahan sipil.
Para pendukung capres Hazim Shalah Abu Ismail menegaskan akan melanjutkan demonstrasi dan pemogokan massal di Tahrir Square sampai tuntutan pokok mereka dipenuhi, yaitu pembubaran komisi tertinggi Pemilu Mesir.
Wakil Partai Cahaya Mesir, Mamduh Ismail, juga menegaskan demonstrasi akan terus berlangsung sampai pasal 28 UUD Baru Mesir dicabut dan pemerintahan militer menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintahan sipil.
Kekisruhan pemilu di Mesir tidak lepas dari intervensi AS dan Israel. AS telah mengucurkan bantuan sebesar US $ 1,3 juta dolar untuk Dewan Tertinggi Militer yang saat ini memegang kendali pemerintahan Mesir. AS dan Israel berkepentingan mempertahankan pemerintahan militer yang sekuler, agar Mesir tidak menerapkan syariat Islam dan tidak mengusik keamanan penjajah zionis Yahudi.
(muhib almajdi/arrahmah.com)