BAKU (Arrahmah.id) – Azerbaijan mengatakan pasukannya telah menekan serangan Armenia di dekat daerah kantong Nagorno-Karabakh yang disengketakan, mendorong seruan internasional untuk diakhirinya pertempuran di wilayah yang telah menjadi pusat pertemuran selama 30 tahun.
Nagorno-Karabakh memisahkan diri dari Azerbaijan dengan dukungan Armenia setelah konflik berdarah pasca-Soviet pada awal 1990-an. Pada tahun 2020, Azerbaijan dan Armenia berperang memperebutkan wilayah tersebut dan Baku berhasil memenangkan kembali sebagian wilayah yang dikuasai oleh separatis.
Di bawah ketentuan gencatan senjata berikutnya, pasukan penjaga perdamaian Rusia dikerahkan untuk melindungi sisa wilayah yang dikuasai separatis. Kedua belah pihak saling menuduh pelanggaran, dan dalam beberapa hari terakhir kekerasan telah berkobar.
Kementerian pertahanan Azeri pada Rabu (3/8/2022) mengatakan bahwa Armenia telah sangat melanggar gencatan senjata dengan melakukan tindakan sabotase yang menewaskan satu tentara, lansir Al Jazeera.
Selain itu, Baku mengatakan pasukannya telah mengalahkan upaya Armenia untuk merebut sebuah bukit di daerah yang dikendalikan oleh pasukan penjaga perdamaian Rusia.
Mereka menuntut perlucutan senjata “formasi ilegal Armenia” di sekitar wilayah yang disengketakan, dan juga mengatakan telah menguasai beberapa ketinggian strategis di wilayah tersebut.
Sementara itu, Armenia meminta masyarakat internasional untuk membantu menghentikan “tindakan agresif” Azerbaijan setelah gejolak dan menuduh Baku melanggar gencatan senjata.
Sebelumnya, otoritas separatis di wilayah tersebut menyatakan mobilisasi parsial.
Seruan untuk de-eskalasi
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan situasi di dalam dan sekitar Nagorno-Karabakh memburuk, menurut laporan media Rusia.
Uni Eropa menyerukan “penghentian segera permusuhan” antara pasukan Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh.
“Sangat penting untuk mengurangi eskalasi, sepenuhnya menghormati gencatan senjata dan kembali ke meja perundingan untuk mencari solusi,” kata juru bicara kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell dalam sebuah pernyataan.
Pertempuran enam minggu pada akhir 2020 merenggut lebih dari 6.500 nyawa dan berakhir dengan perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Rusia.
Armenia menyerahkan sebagian besar wilayah yang telah dikuasainya selama beberapa dekade, dan Rusia mengerahkan sekitar 2.000 penjaga perdamaian untuk mengawasi gencatan senjata yang rapuh, tetapi ketegangan tetap ada meskipun ada perjanjian gencatan senjata. (haninmazaya/arrahmah.id)