KAIRO (Arrahmah.id) – Mesir harus melindungi wisatawan agar tidak terganggu oleh azan, kata mantan Menteri Pariwisata dan Purbakala sekaligus arkeolog Mesir, Zahi Hawass.
Berbicara di TV Balad Mesir, Hawass mempertanyakan apa perlunya memperkuat azan pada pengeras suara di luar masjid.
“Saya tertarik ketika (pembawa acara TV) Ibrahim Eissa berbicara tentang sejarah azan, dan itu tidak dilakukan di luar masjid,” kata Hawass, merujuk pada acara televisi baru-baru ini di mana Eissa juga mengkritik penggunaan pengeras suara.
“Saya pernah menginap di (Marriott) Mena House, karena saya ada kuliah di pagi hari, dan saya dibangunkan oleh azan. Para turis yang menginap di sana juga dibangunkan. Sejujurnya tidak ada dalam agama yang mengatakan bahwa kita membutuhkan semua kebisingan ini. Mengapa?” dia menambahkan.
“Kita adalah negara pariwisata, jadi kita harus memperhatikan kenyamanan wisatawan,” kata Hawass.
Di samping kuil-kuil kunonya yang terkenal, Mesir memiliki lebih dari 130.000 masjid dan merupakan rumah bagi banyak masjid abad pertengahan dan situs-situs Islam. Ibukotanya, Kairo, memiliki salah satu pusat monumen dan masjid Islam terbesar di dunia, di mana azan dapat didengar lima kali sehari.
Pihak berwenang Mesir telah berusaha untuk mengatur dugaan polusi suara yang disebabkan oleh azan dengan menyatukan azan.
Proyek ini melibatkan penempatan peralatan ke masjid-masjid yang tidak memungkinkan tingkat suara diubah. (zarahamala/arrahmah.id)