KAUKASUS (Arrahmah.com) – Anzor Tsarnaev adalah ayah dari Tamerlan dan Dzhokhar Tsarnaev, dua pemuda Muslim yang dituduh AS sebagai pelaku Bom Boston. Anzor dikabarkan telah membatalkan rencananya untuk terbang ke AS untuk menemui putranya, lansir The Guardian pada Ahad (28/4/2013).
Anggota parlemen senior Partai Republik AS mengangkat isu bahwa Ibu Tsarnaev bersaudara, Zubeidat, akan diinterogasi jika ia sampai menginjakkan kakinya di tanah Amerika.
Namun Anzor menyatakan bahwa kondisi kesehatannya yang menurun merupakan alasan mengapa dia harus membatalkan rencananya untuk terbang ke AS. Sebelumnya, dia telah berencana akan memakamkan Tamerlan – putra sulungnya yang dibunuh polisi AS – dan akan membela adik Tamerlan yang masih hidup, Dzhokhar.
Saat ini, Dzhokhar yang menderita beberapa luka tembak ditahan otoritas AS setelah ia didakwa atas serangan “teroris” di acara marathon Boston.
Bagaimanapun, Anzor telah berencana untuk pergi ke AS dalam beberapa hari mendatang. Tetapi pada Ahad (28/4) kemarin, dia mengatakan kepada wartawan bahwa perjalanannya ditunda.
Dia mengatakan kepada kantor berita Reuters: “Saya tidak akan kembali ke Amerika Serikat. Untuk saat ini. Saya sakit.”
Berbicara dari sebuah lokasi yang dirahasiakan di Kaukasus Utara, Anzor menambahkan: “Sayangnya saya tidak bisa membantu anak saya dengan cara apapun. Saya berhubungan dengan pengacara Dzhokhar dan pengacara saya sendiri. Mereka mengatakan mereka akan memberitahu saya [apa yang harus dilakukan].”
Keluarga Tsarnaev beremigrasi dari Rusia selatan ke wilayah Boston sekitar satu dekade lalu. Sementara kedua orang tua mereka pindah kembali ke Dagestan, Tamerlan dan Dzhokhar tetap di AS. Kemudian Anzor menambahkan bahwa saat ini dirinya dan Zubeidat telah pindah dari Dagestan ke desa yang dirahasiakan.
Sementara itu, ketua House Homeland Security Committee, Michael McCaul, mengklaim pada Ahad (28/4) bahwa Ibu Tsarnaev bersaudara, Zubeidat Tsarnaeva, memainkan “peran yang sangat kuat” dalam “radikalisasi” anak-anaknya.
McCaul mengatakan kepada Fox News bahwa jenis bahan peledak yang digunakan dalam Bom Boston adalah bom pressure cooker yang dikemas dengan pecahan peluru. Hal ini dijadikan dasar kecurigaan oleh mereka bahwa pelaku pemboman mungkin telah dibantu oleh orang lain.
Dalam beberapa hari terakhir, fokus AS telah diarahkan pada peran Zubeiat. AS mengklaim bahwa Zubeidat mungkin berperan dalam pengembangan ideologi mereka. McCaul mengatakan Ahad (28/4) bahwa Zubeidat mungkin akan menghadapi interogasi jika ia kembali ke AS.
Pada Sabtu (27/4), para pejabat AS menyatakan bahwa agen mereka di Dagestan telah menyerahkan informasi yang mereka dapatkan tentang Tamerlan dan ibunya, termasuk menyadap panggilan telepon diantara keduanya.
Pada awal 2011, layanan keamanan dalam negeri FSB Rusia mengklaim telah memperoleh percakapan antara Tamerlan dan ibunya di mana samar-samar Tamerlan membahas jihad, menurut para pejabat AS
Selain itu AS juga mengklaim bahwa Ibu dan anak tersebut membahas kemungkinan Tamerlan pergi ke Palestina. Pada panggilan kedua yang disadap, Zubeidat terdengar berbicara dengan seorang pria yang sedang diselidiki oleh FBI.
FBI diketahui telah membuka file mengenai Tamerlan dan ibunya menyusul permintaan dari Rusia pada tahun 2011. Namun kemudian mereka menyimpulkan bahwa tidak ditemukan ancaman teroris dan menutup kasus ini pada bulan Juni tahun 2011.
Namun, CIA meminta informasi lebih lanjut tentang Tamerlan dan Zubeidat pada tahun 2011, dan tiba-tiba meminta keduanya dimasukkan ke dalam database terorisme AS. (banan/arrahmah.com)