JAKARTA (Arrahmah.com) – Di era digital saat ini, ada dosa berantai tetapi sangat sedikit yang menyadarinya. Dosa tersebut adalah tiadanya adab dan akhlakul karimah di media sosial. Padahal di dunia maya itu sangat banyak jerat-jerat setan yang berdampak lebih dahsyat ketimbang di dunia nyata. Misalnya, tabir antara laki-laki dan perempuan di media sosial hilang hanya dengan satu ketikan. Salah satu jerat setan yang sangat marak dilakukan di medsos adalah menghujat, mencela, membully, dan menyebarkan fitnah lewat berita hoaks. Begitu lihat berita, lansung dishare tanpa klarifikasi.
“Anda boleh benci kepada siapa pun, tapi harus tetap adil dan menjaga akhlak yang terpuji. Sebagai seorang muslim, jangan menebarkan berita yang bisa merusak kehormatan orang lain. Ini karena kita belum belajar ilmu beretika di dalam media sosial, tiba-tiba kita harus berhadapan dengan teknologi ini. Sehingga terjadi gagap teknologi yang membuat kita banyak melakukan dosa. Belum lagi gambar-gambar asusila dan pornografi,” ungkap Pimpinan AQL Islamic Center KH Bachtiar Nasir saat menyampaikan khutbah di Masjid Jami’ al-Atiq, Kampung Melayu, Jakarta, Juma’at (31/3/2017)..
Menurut dia, masih banyak masyarakat yang sebenarnya belum siap menghadapi derasnya alur informasi lewat media sosial.
“Tiba-tiba mereka harus berhadapan dengan sistem nilai yang membahayakan,” tegas Ketua GNPF MUI ini dalam khutbahnya yang menyinggung masalah akhlakul karimah dan jebakan-jebakan setan lewat media sosial.
Sekjen MIUMI Pusat ini menyitir ayat dalam surat al-Baqarah mengenai bahaya jebakan setan bagi umat manusia.
“Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS al-Baqarah: 168-169)
Karenanya, dia melanjutkan, jadikanlah setan sebagai musuh, jangan pernah mau berkawan dengan setan. Jika ingin selamat dalam berislam maka jauhilah langkah-langkah setan dan jadikanlah setan sebagai musuh yang nyata.
Terlebih lagi, ketika umat Islam dihadapkan dengan Pemilihan Gubernur (Pilgub) putaran kedua, aksi hujat-menghujat sangat mudah ditemukan. Meski begitu, umat Islam tidak perlu menghindari dunia medsos ini karena pada dasarnya wadah ini juga masih bisa menjadi ladang dakwah dan syiar Islam. Inilah situasi yang ditakdirkan Allah SWT kepada umat dewasa ini dengan tetap menjaga akhlak yang terpuji.
“Tetaplah bersikap tenang dan jadilah orang yang selalu bersyukur. Caranya, sikapilah persoalan secara jernih dan tunjukkan kepada mereka bahwa umat Islam itu damai, adil dan tidak suka menghujat apalagi memfitnah, baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun di media sosial,” katanya.jelasnya.
Dia menegaskan, bagaimana mau membela Islam jika tidak memakai cara Islam dan bagaimana mau mengaku pembela al-Qur’an tapi tidak menggunakan cara-cara al-Qur’an? Karenanya, perlu totalitas dalam beragama dan itulah perintah yang wajib dilaksanakan dalam al-Qur’an.
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” (Al-Baqarah : 208)
Berislam secara total kaffah adalah menjalankan syariat agama dalam segala hal, bukan hanya dalam urusan agama yang bersifat vertikal tetapi juga horizontal.
“Jangan seperti orang-orang munafik dalam berislam. Menjalankan Islam kalau sesuai dengan hawa nafsunya dan mengamalkan al-Qur’an jika menguntungkan dirinya. Jika al-Qur’an merugikan, maka mereka tidak mau mengerjakannya,” ujarnya, sebagaimana dilansir AQLNews.
(ameera/arrahmah.com)