Pernyataan Abdel Bari Atwan ini disampaikan karena Kedutaan Besar (Kedubes) Australia terlalu lama memprores visa yang rencananya digunakan untuk menghadiri festival penulis di Australia. Menurut Bari, kelambanan itu kemungkinan ada kecurigaan ras dan agama.
Pemimpin Redaksi surat kabar al-Quds al Arabi kelahiran Palestina itu mengatakan Kedubes Australia di London telah memberitahu dirinya Kamis (13/9) bahwa permohonan visanya disetujui sehari setelah dia mengatakan kepada media itu dia curiga dirinya dilarang masuk ke Australia karena kecurigaan ras dan agama.
“Ada masalah, namun mungkin…penyiaran yang meliputi semua hal membuat mereka akhirnya berubah pikiran,” kata Atwan kepada radio Australian Broadcasting Corp di London.
“Sikap tersebut bagian dari Islamophobia,’ katanya. “Sepertinya kalau nama anda tidak …Smith atau Peter atau semacamnya, anda jadi tersangka.”
Atwan mengatakan permohonan visanya butuh waktu enam minggu untuk disetujui, sementara kebanyakan pemegang paspor Inggris mendapatkan visa Australia dalam beberapa hari saja.
Jubir Menteri Imigrasi Australia Kate Walshe mengatakan permohonan tersebut sudah diajukan empat minggu lamanya dan tidak ada standar waktu untuk memastikan pemeriksaan keamanan telah selesai.
Namun, Senator Kerry Nettle, dari partai oposisi Greens, curiga pemerintah ingin mencegah Atwan berbicara tentang perang Iraq di Australia, di mana pemilihan akan dilaksanakan Desember.
“Beberapa pejabat Departemen Imigrasi mengungkapkan bahwa visa permanen masuk Australia diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu dua minggu, jadi sulit dipercaya kenapa visa tinggal sebentar yang dimohonkan Dr. Atwan sampai makan waktu empat minggu,” kata Nettle sebelum berita tentang keputusan visa itu.
Atwan, adalah pengarang buku The Secret History of Al-Qaida dan salah seorang wartawan Barat yang mewawancarai pemimpin Al-Qaidah, Usama bin Ladin, terbang ke Australia untuk menghadiri festival penulis di kota Brisbane.
Sumber: Hidayatullah