JAKARTA (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Australia Julia Gillard yang bersikeras menghadiri peringatan 10 Tahun Bom Bali I menandakan upaya Negeri Kanguru itu mengatur dan memaksa aparat keamanan Indonesia.
“Australia merasa jumawa karena merasa juga sudah banyak bantu uang untuk kepolisian Indonesia,” kata Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya seperti dilansir itoday, Kamis (11/10).
Menurut Harits, kedatangan Julia Gillard itu, di satu sisi juga merasa korban Bom Bali I banyak orang Australia.
“Ini Australia mau mempermainkan aparat keamanan Indonesia. Dari aparat kepolisan Indonesia sendiri, sebenarnya tidak mau repot dan ribet dengan hadirnya PM Australia dengan dibuat suasana seolah-olah tidak aman ada ancaman dan sebagainya. Bahkan sebelumnya Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dipindah salah satu motif tersembunyi ya karena rencana kehadiran PM Australia dan momen peringatan Bom Bali I,” jelasnya.
Kata Harits, hadir dan tidaknya PM Austrlia ini bisa mengindikasikan adanya tarik ulur kepentingan yang dijadikan kalau alasannya adalah faktor keamanan.
“Aparat tidak lagi independen kalau eksistensinya juga karena dukungan asing dengan segala kepentingan politiknya. Tdak ada makan siang yang gratis bagi Australia dan Amerika Serikat dalam isu kontra-terorisme,” paparnya. (bilal/arrahmah.com)