SYDNEY (Arrahmah.com) – Australia pada Rabu (21/10) mengatakan ingin melepaskan diri dari keterlibatan militer di Afghanistan dan mengakhirinya dengan cepat, meskipun AS dan NATO meminta lebih banyak pasukan untuk menopang misi melawan Taliban yang kembali bangkit.
Menteri Pertahanan Australia, John Faulkner, mengatakan Australia sedang belajar bagaimana untuk menyelesaikan misi dalam “jangka waktu sesingkat mungkin”. Australia memiliki sekitar 1.550 tentara di Afghanistan tanpa ada tanggal yang ditetapkan bagi penarikan mundur mereka.
“Saya sudah bertanya kepada Angkatan Pertahanan Australia agar memberi rekomendasi tentang apa yang bisa menjamin kami menyelesaikan peran penting dan tanggung jawab secara efektif, tetapi dalam jangka waktu sesingkat mungkin,” katanya kepada radio ABC.
Faulkner mengakui langkah Australia akan mempengaruhi tekanan yang diberikan oleh Jenderal Stanley McChrystal, komandan AS dan NATO di Afghanistan, agar memakai gaya Irak menghadapi Taliban yang semakin kuat.
“Saya pun sudah mendiskusikan masalah ini dengan Kepala Angkatan Pertahanan, Marsekal Angus Houston, dan jelas ini adalah masalah penting bagi saya,” katanya.
“Saya tidak akan berbicara secara khusus tentang pendekatan apa yang akan kami ambil tapi saya mengakui bahwa akan ada dampak atas pendekatan yang menyebabkan mitra NATO dan ISAF mengambil tindakan sebagai akibat dari assessment 60 hari Jenderal McChrystal.”
McChrystal bulan lalu memperingatkan bahwa perang bisa kalah dalam waktu satu tahun tanpa sumber daya tambahan untuk melawan Taliban, yang terusir dari kekuasaannya tahun 2001 oleh invasi Amerika.
Presiden Barack Obama saat ini sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan pasukan AS sekitar 40.000 sampai sekitar 100.000 orang, di tengah-tengah penentangan publik yang tumbuh di Amerika Serikat.
Kekhawatiran atas legitimasi kampanye ini semakin didukung oleh penipuan Presiden Hamid Karzai pada penipuan hasil pemilu Agustus.Dan saat ini Karzai harus kembali bertaruh dengan saingannya Abdullah Abdullah.
Australia bergabung dengan negara-negara Barat lainnya dalam menyambut pemilihan presiden putaran kedua dan telah menyiapkan 120 pasukan tambahan untuk meningkatkan keamanan saat pemilihan berlangsung.
“Pemerintah memuji orang-orang dan para kandidat atas kesabaran yang mereka perlihatkan dalam mendukung proses hukum dan konstitusional Afghanistan,” kata pernyataan itu.
Faulkner juga menekankan bahwa Australia tidak akan mulai mengurangi jumlah pasukannya, jika Perdana Menteri Kevin Rudd belum menentukan keputusannya untuk tetap tinggal di Afghanistan.
“Kami tidak bisa membiarkan negara itu kembali pada keadaan tahun 2001,” Rudd mengatakan kepada parlemen. “Kami tidak ingin negara itu menjadi tempat pelatihan bagi teroris.”
Australia, yang ada di peringkat ke-9 penyumbang pasukan terbesar, telah kehilangan 11 tentara di Afghanistan. Rudd mengatakan komitmennya adalah konsisten pasca kematian terbaru pada bulan Juli, tetapi juga mengakui perang Afghanistan sudah tak lagi populer.
Kepala angkatan bersenjata, Houston, menyatakan harapan bahwa pasukan internasional bisa menyerahkan tanggung jawab pada pasukan Afghanistan dalam tiga sampai empat tahun, meskipun ia tetap memperingatkan akan bahaya penarikan awal.
Pemerintah Australia sebelumnya, di bawah pimpinan John Howard, berkomitmen untuk selalu menyediakan bantuan pasukan ke Afghanistan tapi jajak pendapat menunjukkan opini publik yang justru menentang konflik Afghanistan.
Ada sekitar 100.000 pasukan internasional saat ini di Afghanistan, termasuk utusan AS yang akan mencapai jumlah 68.000 orang pada akhir tahun ini. (althaf/afp/arrahmah.com)