AUSTRALIA (Arrahmah.com) – Bersama ulama-ulama Muslim dari seluruh dunia, Muslim Australia sedang mempersiapkan pembukaan konferensi terbesar mereka minggu ini untuk membangun jembatan dengan para penganut agama lain dan masyarakat luas.
“Acara Islam terbesar dan terbaik yang pernah ada dalam sejarah Australia akan berlangsung di Melbourne dengan lebih dari 20 pembicara internasional dan lokal yang dinamis,” kata website konferensi. “Hampir semua organisasi Islam bersatu bersama-sama Insya Allah untuk konferensi ini.”
Diselenggarakan oleh Riset Islam dan Akademi Pendidikan (IREA), konferensi yang akan berlangsung selama tiga hari ini akan dibuka pada Jumat (15/3/2013).
Bertema “Konferensi Perdamaian Islam Australia”, acara ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara Muslim dan penganut agama lain serta masyarakat luas di Australia.
“Mendidik massa, membangun jembatan, dan mempersempit kesenjangan antara masyarakat,” penjelasan dalam website konferensi tersebut.
Hampir 1.000 relawan akan membantu pelatihan dan manajemen konferensi. Pertemuan tersebut dibantu petugas dari masjid yang berbeda di Sydney, Brisbane, Canberra, dan Adelaide, serta ulama dari seluruh dunia.
Memimpin di antara peserta adalah ulama Saudi Abdul Rahman Al-Sudais, Imam Masjidil Haram di Makkah. Tamu-tamu lain termasuk Br Imran dari Riset Islam & Yayasan Pendidikan di India, Sheikh Mishary Alaffasy dari Kuwait, Ahmed Bukhatir dan Sheikh Mohammed Ismail dari UEA.
Br Imran, ketua pembicara di konferensi tersebut, akan memberikan kuliah tentang isu-isu sensitif seperti Islam dan kekerasan, dan pesan perdamaian Nabi Muhammad (Sallallahu Alaihi wa Sallam).
Cendekiawan Muslim lainnya datang dari Barat termasuk Sheikh Abdulhadi, seorang pembicara Inggris di PEACE TV, Abdullah Rolle dari Inggris, Sheikh Yusuf Estes dan Sheikh Yasir Qadhi dari Amerika Serikat.
Muslim, yang telah berada di Australia selama lebih dari 200 tahun, membentuk 1,7 persen dari 20 juta penduduknya.
Namun rencana konferensi ini telah mengundang penentangan atas kehadiran ulama yang dikenal akan kekritisannya terhadap Yahudi.
“Penyelenggara acara apapun bertanggung jawab atas perilaku individu atau pembicara (berdasarkan Undang-Undang Toleransi Rasial dan Agama negara),” kata Menteri Urusan Multikultural dan Kewarganegaraan Nick Kotsiras.
Menteri itu mengatakan ia telah mengarahkan Komisaris Multikultural Victoria, Chin Tan, untuk berbicara kepada penyelenggara acara mengenai retorika inflamasi selama acara.
“Saya sudah minta dia untuk menjelaskan kepada mereka bahwa kita hidup dalam keadaan multikultural dan bahwa tujuan kami adalah untuk memastikan bahwa individu-individu, kelompok, dan masyarakat dapat hidup dalam damai dan harmoni dengan satu sama lain.”
Ulama Saudi al-Sudais menjadi sasaran utama kritik karena kritik-kritik tegasnya mengenai praktek penjajahan Israel di tanah Palestina.
Kelompok Yahudi dan Kristen telah menyerukan untuk menolak masuknya imam Saudi tersebut ke Australia.
Tapi para pemimpin Muslim menolak kritik tersebut, menolak setiap perbandingan antara al-Sudais dan politisi sayap kanan Belanda, Geert Wilders, yang mengunjungi Australia bulan lalu.
“Satu dari mereka berkomentar karena kemarahan [terhadap penjajahan Israel],” kata Keysar Trad, asisten sekretaris Federasi Dewan Islam, kepada The Australian. “Yang lain dalam misi pribadi, berbohong tentang Muslim kepada seluruh dunia.”
Al-Sudais dikenal aktif berbicara menentang penganiayaan terhadap warga Palestina oleh penjajah Israel. Dia juga menyerukan upaya memerangi terorisme. (banan/arrahmah.com)