DEN HAAG (Arrahmah.com) – Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi akan membela Myanmar di Pengadilan Dunia, pada Rabu (11/12/2019), di mana negaranya menghadapi tuduhan genosida terhadap minoritas Muslim Rohingya.
Gambia, sebuah negara kecil dengan penduduk mayoritas Muslim di Afrika Barat, mengajukan gugatan pada November.
Gambia menuduh Myanmar yang mayoritas Buddha itu, melakukan genosida terhadap minoritas Muslim Rohingya. Genosida adalah kejahatan internasional paling serius.
Aung San Suu Kyi beserta delegasi tiba di Belanda pada Ahad (8/12) untuk memberi pembelaan atas tuduhan genosida terhadap minoritas Muslim.
Suu Kyi mendengarkan dengan tenang pada hari Selasa ketika pengacara untuk Gambia merinci kesaksian gamblang tentang penderitaan Rohingya di tangan militer Myanmar.
Dalam tiga hari persidangan pada pekan ini, hakim mendengarkan tahap pertama kasus ini: Tuntutan Gambia untuk memberikan “tindakan sementara” terhadap Myanmar untuk melindungi populasi Rohingya sampai kasus ini didengar secara penuh.
Gambia memutuskan mengajukan gugatan setelah melakukan kunjungan ke kamp pengungsian di Bangladesh, dan mendengar sendiri dari mereka.
Sebuah tim pencari fakta yang dibentuk PBB menuturkan, Myanmar harus diadili dengan sangkaan genosida di Rakhine.
Pada Agustus, beredar laporan bahwa tentara Myanmar melakukan pelecehan seksual dan pemerkosaan secara sistematis kepad perempuan Rohingya.
Kemudian Mei sebelumnya, tujuh serdadu yang dipenjara karena membunuh 10 pria dan anak laki-laki dibebaskan lebih awal.
Ketujuh tentara itu divonis 10 tahun penjara pada 2018 atas pembunuhan di desa Inn Din, di mana kisahnya disorot dunia.
Berbagai organisasi internasional menyebut Suu Kyi bersikap abai atas pembantaian etnis Rohingya. Amnesty Internasional juga sudah mencabut penghargaannya terhadap wanita yang dulunya aktivis sebelum masuk lingkaran kekuasaan.
Meski demikian, dukungan dari dalam negeri terhadap Suu Kyi di Myanmar masih kuat. Keberangkatannya ke Belanda pun mendapat dukungan dari masyarakat yang membawa banner bertuliskan “We Stand With Our Leader.”
(ameera/arrahmah.com)