(Arrahmah.com) – Serangan yang menewaskan 130 orang dan melukai ratusan lainnya masih menjadi berita utama. Mereka juga menempati posisi teratas di media sosial di seluruh dunia.
Serangan itu terjadi beberapa hari setelah bom mengguncang pinggiran Beirut yang menewaskan sekitar 40 orang, dan sebelum itu sebuah pesawat Rusia mengebom Sinai yang menewaskan lebih dari 200 orang. ISIS [kini dikenal sebagai kelompok “Daulah Islam” atau Islamic State (IS)] mengklaim bertanggung jawab atas semua serangan ini.
Saya menerima beberapa panggilan telepon dari wartawan Barat yang menanyakan pandangan Saudi terkait serangan-serangan mematikan itu, di mana jawaban saya adalah bahwa kita semua mengutuk tindakan tidak manusiawi dan buruk ini, yang tidak melayani tujuan apapun, tetapi sebaliknya memfitnah masyarakat kita dan agama kita.
Seorang penelepon bertanya apakah kami akan meminta maaf. Saya hampir berteriak padanya. Meminta maaf atas apa?! Apakah kita bertanggung jawab atas tindakan kelompok misterius yang menghancurkan dan membunuh? Apakah kita bertanggung jawab atas semua tindakan jahat yang dilakukan dan secara keliru dikaitkan dengan Islam?! Saya tidak akan minta maaf, kataku.
Biarkan penyelidikan internasional dilakukan dan hasil temuan diumumkan kepada publik. Saya tidak percaya pada teori konspirasi, tapi sejak serangan 9/11 sampai sekarang banyak pertanyaan yang belum terjawab. Bagaimana mungkin setelah setiap insiden besar paspor ditemukan utuh? Seolah-olah orang yang berjalan-jalan dengan paspor di saku mereka dan paspor itu terbuat dari bahan yang tidak bisa terbakar, yang tahan terhadap api dan serangan bom.
Saya berdiri bersama dengan seluruh dunia dalam mengecam tindakan yang menghilangkan nyawa manusia yang tidak bersalah dengan kejam dan melampaui batas, tapi tolong jangan meminta saya untuk meminta maaf untuk sesuatu yang saya tidak bertanggung jawab.
Pernahkah orang-orang Yahudi meminta maaf atas pembantaian setiap hari yang dilakukan Netanyahu terhadap Palestina? Pernahkah Dalai Lama dan Aung San Suu Kyi meminta maaf atas holocaust brutal yang diderita kaum Muslim Myanmar? Pernahkan Perdana Menteri India Modi meminta maaf atas pembantaian Muslim di Gujarat atau hukuman mati tanpa pengadilan terhadap orang-orang yang diduga telah memakan daging sapi? Pernahkah Bush, Blair, Rumsfeld, Cheney, Wolfowitz dan Bremer meminta maaf atas kematian jutaan warga Irak?
Sementara dunia bangkit melakukan protes terhadap pembunuhan pengecut atas orang yang tak bersalah di Paris, tidak ada yang protes ketika pembantaian dilakukan terhadap Muslim.
Kesedihan secara selektif ini tidak cocok bagi saya dan bagi banyak orang di seluruh dunia. Tindakan ini dilakukan oleh orang-orang yang diduga Muslim, tetapi sebagian besar dikelola oleh kelompok bayangan yang beroperasi di bawah payung lembaga Barat. Mereka tidak mewakili kita. Saya tidak bersalah, dan oleh karena itu, saya tidak akan minta maaf!
*Dikutip dari tulisan Khaled Almaeena, di Saudi Gazette. Penulis adalah Editor-at-Large. Dia bisa dihubungi di [email protected], dan difollow di Twitter: KhaledAlmaeena.
(ameera/arrahmah.com)