DAMASKUS (Arrahmah.id) — Pemimpin pemerintahan baru Suriah, Ahmad Asy Syaraa atau yang dikenal sebagai Abu Muhammad Al Jaulani, bertemu dengan delegasi dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pada Senin (30/12/2024).
SDF yang selama ini dibentuk Amerika Serikat untuk memerangi kelompok militan Islamic State (ISIS) menunjukkan kesiapan untuk bergabung dalam struktur pemerintahan Suriah yang baru, namun proses ini masih dalam tahap awal.
Seorang pejabat Suriah yang mengetahui pertemuan Asy Syaraa dan delegasi SDF mengatakan pembicaraan tersebut positif, menurut laporan AFP (31/12).
“Pertemuan terjadi pada hari Senin antara pimpinan SDF dan Al-Jaulani di Damaskus,” kata pejabat tersebut, meminta agar namanya tidak diungkapkan, menggunakan nama panggilan militer Asy Syaraa.
“Pertemuan tersebut adalah pertemuan pendahuluan untuk meletakkan dasar bagi dialog di masa depan,” lanjutnya.
Laporan itu mengatakan kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pertemuan guna mencapai pemahaman di masa depan.
Ini adalah perundingan pertama yang diadakan Asy Syaraa dengan para pemimpin Kurdi sejak penggulingan Presiden Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024.
Pertemuan ini diadakan ketika pertempuran masih berlangsung antara milisi Kurdi melawan kelompok perlawanan Suriah SNA yang didukung Turki di Suriah utara.
Sebelumnya, aliansi kelompok perlawanan Suriah melancarkan serangan mendadak pada Rabu (27/11) terhadap militer Suriah, mulai dari kota Aleppo hingga berhasil merebut kekuasaan di Damaskus pada 8 Desember 2024.
Presiden Suriah Bashar al-Assad dikabarkan kabur ke Rusia setelah kelompok perlawanan Suriah mengambil alih kekuasaan.
Di sisi lain, SNA juga menyerang milisi Kurdi termasuk SDF yang didukung AS dan merebut wilayah Tal Rifaat dan kota Manbij dari Kurdi.
SDF yang didominasi Kurdi masih menguasai sebagian besar wilayah timur laut Suriah dan sebagian Kegubernuran Deir ez-Zor (timur), terutama tepi timur Sungai Eufrat.
Daerah-daerah ini tunduk pada pemerintahan mandiri, yang didirikan oleh Kurdi pada awal perang saudara di Suriah tahun 2011 setelah pasukan presiden Suriah mundur dari sebagian besar wilayah tersebut.
Setelah jatuhnya rezim Assad, Turki berupaya menjalin hubungan dekat dengan penguasa baru Suriah, Asy Syaraa.
Turki menganggap SDF dan unitnya, Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), sebagai perpanjangan tangan dari militan Kurdi di wilayah Turki yang disebut sebagai teroris yang mengancam kedaulatan negara. (hanoum/arrahmah.id)