DJIBOUTI (Arrahmah.com) – Pemimpin kelompok militan Asy Syabaab Somalia menyerukan serangan tunggal terhadap kepentingan Amerika Serikat (AS) dan Prancis di Djibouti menjelang pemilihan presiden utama di negara Tanduk Afrika itu.
Dalam audio yang baru dirilis, Ahmed Omar Abu Ubaidah menuduh para pemimpin Djibouti mengubah negara itu menjadi pangkalan militer perang melawan Muslim di Afrika Timur.
Abu Ubaidah secara khusus meminta pemuda di Djibouti untuk melakukan operasi lone wolf untuk mengusir Prancis dan AS.
“Jadikan kepentingan AS dan Prancis di Djibouti sebagai prioritas tertinggi dari target Anda,” kata audio yang diposting oleh media al Shabab, seperti dilansir Voice of America (30/3/2021).
Abu Ubaidah mengatakan kelompoknya siap menawarkan perlindungan serta mempersiapkan dan melatih mereka yang ingin bermigrasi dari Djibouti jika mereka tidak dapat memenuhi kewajiban jihad.
Kolonel Christopher Karns, juru bicara komando Afrika Amerika Serikat (AFRICOM) yang memiliki basis di Djibouti, mengatakan kepada VOA Somalia bahwa Komando Afrika AS mengetahui rilis audio baru-baru ini dari al Shabab yang menyerukan serangan terhadap kepentingan AS dan Prancis di Djibouti.
“Kami, Komando Afrika, menanggapi pernyataan ini dengan serius,” kata Karns.
“Al Shabab tetap menjadi ancaman terus-menerus bagi kepentingan AS di Afrika Timur. Inilah sebabnya mengapa tetap penting untuk menerapkan tekanan berkelanjutan pada jaringan al Shabab dan mengisolasi ancaman yang ditimbulkannya ke wilayah tersebut dan sekitarnya,” tambahnya.
AS menyelesaikan penarikan sebagian besar pasukan dari negara tetangga Somalia pada Januari menyusul perintah dari Presiden Donald Trump.
Jumlah personel militer AS di Somalia berkisar antara 650 hingga 800 orang. Pasukan AS mendukung dan membimbing unit elit Somalia yang dikenal sebagai brigade Petir Danab.
Militer AS juga telah melakukan serangan udara terhadap al Shabab. Belum ada serangan yang dikonfirmasi di Somalia sejak Presiden Joe Biden menjabat.
Awal bulan ini, para pejabat militer Somalia menyatakan keprihatinannya tentang pengurangan serangan terhadap al Shabab, yang mereka khawatirkan dapat memberikan momentum tambahan bagi kelompok militan tersebut.
Karns mengatakan serangan udara tetap menjadi pilihan.
“Kami tidak akan mengirim telegram tindakan atau niat kami. Tidak akan menjadi kepentingan terbaik al Shabab untuk memancing tanggapan dari kami,” katanya. “Kami tetap berkomitmen terhadap keamanan di Afrika Timur dan bersiap untuk menanggapi ancaman.”
Al Shabab sebelumnya menyerang Djibouti pada 24 Mei 2014 dalam ledakan bunuh diri ganda di sebuah restoran yang sering dikunjungi oleh orang Barat, menewaskan tiga orang.
Para pemilih Djibouti pergi ke tempat pemungutan suara pada 9 April untuk pemilihan presiden. Petahana Ismail Omar Guelleh sedang mencari masa jabatan kelima.
Pejabat Djibouti tidak dapat segera dihubungi untuk mengomentari ancaman baru tersebut.
Djibouti memiliki kontingen militer yang bertugas sebagai bagian dari misi penjaga perdamaian Uni Afrika di Somalia. (hanoum/arrahmah.com)