BANGUI (Arrahmah.com) – Seorang warga sipil Muslim dibunuh dengan sadis pada Jumat (4/4/2014) oleh milisi Kristen anti-Balaka di sebuah jembatan di Bangui, ibu kota Republik Afrika Tengah yang dilanda konflik, kata seorang saksi mata, sebagaimana dilansir oleh Anadolu Agency.
Saleh Idriss Adam, (25), dihadang oleh milisi anti-Balaka di jembatan Meskine, dan kemudian memenggal kepalanya, Chaibou Muhammad Saleh, seorang saksi mata, mengatakan kepada Anadolu Agency.
Jembatan Maskine berjarak hanya beberapa ratus meter dari Masjid Central Bangui, tempat Adam berlindung selama ini.
Gambar grafis dari insiden pembunuhan tersebut yang diperoleh Anadolu Agency menunjukkan Adam terbaring di genangan darah dengan leher terpotong.
Ketika dihubungi oleh Anadolu Agency, kepala milisi anti-Balaka Jappa Blaise menolak untuk mengomentari insiden tersebut.
Pemerintah Republik Afrika Tengah mendesak untuk mengevakuasi Muslim dari Bangui.
Muslim di Bangui, ibu kota Republik Afrika Tengah yang dilanda konflik, harus dievakuasi karena dikhawatirkan terjadinya aksi kekerasan baru yang dilancarkan oleh milisi Kristen, kata seorang juru bicara komunitas Muslim setempat.
“Pengungsi Muslim internal (IDP) ditempatkan di kamp Masjid Central Bangui,” kata Saudi Abdurahman Doudou kepada Anadolu Agency.
“Mereka yang dari PK12, sebuah distrik di pinggiran utara Bangui, harus dievakuasi ke Bambari [di pusat kota] atau tempat lain … sampai situasi kembali normal,” katanya.
Menurut Doudou, sekitar 2000 pengungsi Muslim berkumpul di halaman Masjid Central Bangui, bersama dengan 2.500 orang lainnya yang berada di tempat tinggal sementara di distrik PK12, saat ini sedang menunggu evakuasi.
“Hidup orang-orang ini terancam setiap hari … Mereka tidak memiliki apa-apa di rumah mereka atau di tempat lain,” katanya.
Pengajuan untuk evakuasi datang di tengah peringatan oleh tokoh masyarakat bahwa prospek untuk hidup berdampingan secara damai antara Muslim-Kristen tampak berkurang di tengah sentimen anti-Muslim yang semakin gencar.
“Jika orang Kristen tidak mau tinggal bersama kami … maka kami akan meminta untuk dievakuasi ke utara [daerah yang didominasi Muslim],” kata Doudou.
“Kami akan meminta kompensasi atas aset kami, dan kami akan mengumumkan republik kami [di utara]. Tapi ini bukan apa yang kami inginkan,” tambahnya.
Seruan itu datang sehari setelah Jenderal Francisco Sorian, komandan pasukan Perancis di negara itu, mengatakan kepada wartawan bahwa ia telah memutuskan untuk mengevakuasi Muslim dari kota Bangui, seperti yang diusulkan oleh badan pengungsi PBB (UNHCR).
“Peran kami adalah untuk melindungi masyarakat dan melakukan segala yang kami bisa untuk membiarkan mereka tinggal di mana mereka bisa hidup,” kata Sorian.
Pada Selasa (1/4), UNHCR mengatakan bahwa mereka sedang berusaha untuk mengevakuasi sekitar 19.000 Muslim dari daerah di sekitar Bangui.
Sejak Januari, beberapa kabupaten ibukota – termasuk lingkungan Miskin – telah hancur dan dikosongkan dari populasi Muslim.
(ameera/arrahmah.com)