GAZA (Arrahmah.com) – Kepala Otoritas Air Palestina atau Palestinian Water Authority (PWA) Syaddad Attili mengatakan pada hari Selasa (5/8/2014) bahwa Jalur Gaza menderita kekurangan parah air minum yang bersih, menyebut situasi tersebut sebagai “bencana” setelah serangan berat “Israel” pada jaringan pipa air Palestina, lansir MEMO.
Berbicara kepada kantor berita Anadolu, Attili mengatakan bahwa 70 persen jaringan pipa air telah rusak dan bahwa 1,8 juta warga Gaza bertahan hidup hanya dengan 30 persen dari kapasitas di Jalur Gaza.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa air dari beberapa sumur di sepanjang Jalur Gaza tercampur dengan limbah. Selain itu 50 persen limbah juga mengalir ke laut tanpa disaring karena kerusakan pada pipa.
Gaza adalah salah satu daerah paling padat penduduk di dunia, di mana sekitar 1,8 juta orang tinggal di wilayah seluas 360 km2.
PWA sebelumnya mengutuk rencana “Israel” untuk membangun sebuah “area keamanan” 3 km di sepanjang Jalur Gaza. PWA mengatakan daerah ini, 36 persen dari Jalur Gaza, termasuk sebagian besar sumber daya untuk air minum.
PWA menyerukan kepada masyarakat internasional untuk campur tangan dalam rangka untuk mencegah hal ini dan untuk memungkinkan klorida, yang digunakan untuk mensterilkan air minum, masuk ke Gaza. Mereka juga menyerukan supaya bahan bakar akan diizinkan masuk untuk menjalankan sumur air.
Menurut pernyataan itu, Jalur Gaza secara mendesak tengah membutuhkan kapal tanker besar untuk mendistribusikan air minum untuk segera memenuhi kebutuhan warganya.
Selama agresi “Israel”, perumahan dan pelayanan kerja Palestina mengatakan bahwa “Israel” telah menghancurkan 25 persen infrastruktur. Manajer Eksekutif Telecom Company Palestina mengatakan bahwa 85 persen dari fasilitas telepon kabel dan nirkabel telah hancur.
Zionis “Israel” telah membunuh 1.875 warga Palestina, termasuk 426 anak-anak dan 255 wanita, serta melukai 9.893 lainnya; lebih dari setengah dari mereka adalah anak-anak dan perempuan, menurut kementerian kesehatan. 10.606 rumah hancur, termasuk 1.724 yang hancur total. Mereka menyerang 132 masjid; 42 di antaranya benar-benar hancur. Enam universitas dan 188 sekolah, serta 19 bank dan kantor bursa diserang secara langsung.
Lebih dari 315 pabrik, 27 fasilitas pelayanan publik dan 52 perahu nelayan juga hancur.
(banan/arrahmah.com)