JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa meminta agar pemerintah mempertimbangkan kembali wacana impor beras itu. Pasalnya, impor itu akan menyakitkan hati petani.
“Kami ingin pemerintah mempertimbangkan ulang wacana impor beras. Kebijakan itu menyakitkan hati petani karena bisa menekan harga beras,” katanya, Sabtu (6/3/2021), lansir Sindonews.
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menilai, kebijakan ini sangat anomali dengan keadaan yang ada di Tanah Air. Menurut data BPS, pada triwulan I 2021 stok beras akan meningkat tajam, sehingga tidak ada alasan bagi pemerintah untuk mengimpor beras.
“Jadi alasannya apa ketika mau panen raya justru pemerintah mau impor beras. Itu menyakitkan petani karena harga di petani terus mengalami penurunan. Apalagi Maret-April panen raya maka harga akan semakin jatuh,” terangnya.
Ia juga mengungkapkan, Gabah Kering Giling pada Januari April 2021 nanti akan ada sebesar 25,37 juta ton. Angka itu meningkat 26,88% dibandingkan tahun sebelumnya.
Untuk itu, ia meminta pemerintah untuk mempertimbangkan kembali wacana impor, karena stok beras saat ini masing sangat aman.
“Terjadi lonjakan 5,73 juta ton dibanding tahun lalu, ini kan sangat menyakitkan jika cadangan beras sangat memadai tiba-tiba ada wacana impor beras. Saya pastikan produksi tahun lebih tinggi dibandingkan tahun 2020,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan Airlangga menyebut untuk menjaga ketersediaan stok beras, pemerintah akan melakukan impor betas 500 ribu ton untuk CBP dan 500 ribu ton sesuai kebutuhan Bulog.
Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan saat ini pasar pangan di Indonesia hampir 100% dikuasai oleh kegiatan kartel atau monopoli.
Buwas mengungkapkan, produk-produk pangan Bulog saat ini hanya mengusai pasar sebesar 6%. Sedangkan sisanya 94% dikuasai oleh kartel. Hal itu tentu merugikan masyarakat.
(ameera/arrahmah.com)