LONDON (Arrahmah.id) – Asma al-Assad, istri dari mantan diktator Suriah Bashar al-Assad, kini menghadapi tekanan berat dari berbagai sisi. Paspor Inggris yang dimilikinya telah kedaluwarsa, membuatnya kehilangan hak untuk masuk ke Inggris, meskipun ia memiliki kewarganegaraan Inggris. Pemerintah Inggris dengan tegas menolak permintaannya, mengacu pada sanksi yang telah diberlakukan sejak 2011.
Keputusan ini diperkuat oleh keterlibatan Asma dalam rezim Bashar al-Assad. Sanksi internasional terhadap Asma meliputi larangan perjalanan dan pembekuan aset, yang tetap dipertahankan Inggris meskipun telah keluar dari Uni Eropa. Menteri Dalam Negeri Inggris, Yvette Cooper, menegaskan bahwa langkah ini tidak hanya didasarkan pada alasan hukum, tetapi juga atas keterlibatan Asma dalam mendukung rezim suaminya.
Sementara itu, kondisi kesehatan Asma semakin memburuk. Ia kini tengah berjuang melawan leukemia mieloid akut, jenis kanker agresif yang menyerang sumsum tulang dan darah. Laporan medis menyebutkan peluang hidupnya hanya 50%, membuat situasi menjadi semakin sulit. Sebelumnya, Asma berhasil sembuh dari kanker payudara pada 2019, tetapi penyakit baru ini memaksanya menjalani perawatan intensif.
Rumor juga beredar bahwa Asma telah mengajukan perceraian dari Bashar al-Assad, meskipun belum ada konfirmasi resmi mengenai hal ini. Di tengah pergolakan politik dan tekanan internasional, Asma juga menghadapi tantangan kesehatan yang serius.
Kisah Asma al-Assad mencerminkan kompleksitas politik, hukum, dan kemanusiaan yang kerap dihadapi individu yang terlibat dalam rezim otoriter. Dengan tantangan besar yang menghalanginya, masa depan Asma tetap menjadi tanda tanya besar.
(Samirmusa/arrahmah.id)