NAIROBI (Arrahmah.com) – Para pejabat internasional mencemaskan berkembangnya perlawanan mujahidin Somalia, yang menurut mereka telah mengimpor taktik dan teknologi yang digunakan ‘teroris’ di Irak dan Afghanistan yang dampaknya sangat mematikan. Hal ini disinyalir akan mengancam Somalia dan menjadi peringatan bagi Washington.
Perlawanan bukan hanya akan dilakukan dengan sekedar melemparkan granat, namun juga dengan menanam bom yang dikendalikan dengan remote control di tempat-tempat keramaian, menurut analis. Mereka khawatir bahwa diserapnya taktik dan teknologi tersebut dapat memperkuat hubungan antara mujahidin Somalia dan al-Qaidah.
‘Pemberontak’ Somalia akan menawarkan perlindungan kepada para ‘teroris’ dan mungkin juga menyediakan wilayah latihan sebelum akhirnya mereka menyerang Barat, kata Juan Zarate, mantan Deputi Penasihat Keamanan Nasional untuk Perang Melawan Teror.
Militer AS menulis sebuah laporan internal awal tahun ini setelah mengkalim pihaknya bahan-bahan pembuatan bom dengan perangkat pemicu canggih di Somalia.
“Banyak orang sangat khawatir bahwa teknologi dari Irak dan Afghanistan sedang ditransfer ke Somalia,” kata Zarate, yang sekarang menjadi penasihat tinggi di Center for Strategic and International Studies yang berbasis di Washington.
Peningkatan kualitas serangan ini muncul seiring dengan masuknya ratusan pejuang jihad asing ilegal ke negara Tanduk Afrika selama setahun terakhir. Namun, para ahli tidak yakin apakah taktik dan teknologi baru yang dibawa oleh warga Somalia yang berjuang di luar negeri itu, atau pejuang jihad serabutan atau para anggota al-Qaidah.
Sebagaimana pemboman yang terjadi pada upacara wisuda di salah satu universitas di Mogadishu yang diklaim pihak keamanan dilakukan oleh seorang pembom bunuh diri yang berpakaian perempuan pekan lalu, dan menewaskan 24 orang, termasuk tiga menteri kabinet Sharif.
Namun, hal itu segera ditepis oleh Al Shabaab. Mujahidin Al Shabab membantah itu berada di belakang pengeboman itu.
“Apa yang terjadi di Somalia bukanlah taktik yng khas. Taktik itu adalah salinan dari apa yang dilakukan di Irak dan Afghanistan,” kata Menteri Informasi Somalia, Dahir Gelle.
“Mereka menyiapkan, mereka berencana, mereka sangat cerdas,” kata Roland Marchal, salah seorang pakar Somalia di Center for International Studies dan Riset di Paris.
Marchal mengatakan taktik Somalia masih mentah dibandingkan dengan Irak dan Afghanistan namun terus berkembang.
Menanggapi hal tersebut, Zarate mengatakan bahwa pemerintah Somalia akhirnya harus meningkatkan kemampuan untuk melawan mujahidin Somali, yang salah satunya adalah dengan melibatkan pasukan asing. Namun sebelumnya, Sharif harus dapat meyakinkan masyarakat, yang secara tradisional bereaksi buruk terhadap pasukan asing, bahwa pasukan asing akan datang dan membantu melawan pemberontakan. (althaf/ap/arrahmah.com)