(Arrahmah.com) – ASI merupakan makanan dan minuman yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan (secara eksklusif atau hanya ASI saja) dan dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun dengan makanan pendamping ASI.
Di dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 233, Allah SWT berfirman, yang artinya:
Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Baqarah: 233).
Hikmah ayat yang terkandung dalam kitab Suci Alqur’an tersebut, setidaknya menekankan bahwa Air Susu Ibu (ASI) sangat penting. Di antara tanda kesempurnaan ciptaan Allah SWT adalah diciptakannya ASI bagi para wanita (bahkan hewan mamalia betina) yang telah melahirkan sebagai makanan bagi anaknya. Dan menurut penelitian para Dokter sekarang ini bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, bahkan bagi bayi yang lahir premature
Peneliti AS mengatakan bahwa bayi yang dilahirkan dengan berat badan rendah dan tidak mendapat ASI untuk waktu lama, kelak cenderung mengalami masalah pada jantung.
Ada hubungan “signifikan” antara berat badan saat lahir, lamanya mendapat ASI dan kadar protein C-reaktif (CRP) pada tubuh yang ditemukan pada 7000 peserta penelitian.
CRP adalah indikasi peradangan pada sampel darah manusia usia remaja. Protein ini diproduksi hati dan kadarnya meningkat jika seseorang menderita peradangan.
“Setiap tambahan sekitar 0,5 kilogram berat badan bayi saat lahir memprediksi kadar CRP lima persen lebih rendah,” demikian pernyataan Northwestern University, yang melibatkan penelitinya dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the Royal Society B, sebagaimana dilansir oleh Deutsche Welle.
Begitu juga, “Bayi yang memperoleh ASI selama tiga hingga 12 bulan, kadar CRPnya diprediksi 20 hingga 30 persen lebih rendah dibanding bayi yang tidak disusui.”
Hasil studi menunjukkan, ASI punya “efek sama atau lebih besar” dengan obat yang mampu mengurangi kadar CRP.
Peradangan kronis telah lama dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, tapi penyebabnya masih belum diketahui secara jelas.
Penelitian di AS ini dilakukan terhadap peserta berusia 24 hingga 32 tahun dari berbagai kelompok ras dan latar belakang pendidikan yang berbeda. Para ilmuwan juga membandingkan peserta dengan hubungan darah dan pengaruh dari lingkungan ekonomi sosial.
“Hasilnya, ibu yang menyusui bisa mengurangi resiko anaknya terkena penyakit jantung di usia dewasa,” ujar Alan Guttmacher, direktur Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Development.
Organisasi kesehatan dunia, WHO, berulang kali menegaskan, bahwa pemberian ASI adalah “salah satu cara paling efektif” untuk memastikan kesehatan dan kelangsungan hidup anak. WHO menyarankan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, namun ini hanya dilakukan oleh kurang dari 40 persen ibu di seluruh dunia.
(ameera/arrahmah.com)