DAMASKUS (Arrahmah.com) – Dalam sebuah wawancarang dengan Die Presse, Bashar Asad mengungkapkan kegiatan militer Barat di Suriah tidak efisien.
“Kami telah berjuang melawan ‘terorisme’ sejak awal,” katanya. “Anda tahu, perang melawan ‘terorisme’ harus tetap berlanjut. Kebijakan Barat terhadap ‘terorisme’ tidak objektif, tidak realistis, dan saat ini sangat tidak produktif,” tambahnya.
Sebagaimana dilansir Sputnik News (22/12/2015), menurut Asad, perang melawan “terorisme” tidak bisa sukses tanpa pasukan darat. Sejauh ini, tak satu pun dari negara-negara Barat yang menyatakan siap mengerahkan pasukan darat mereka di negara itu di tengah resiko keamanan yang tinggi.
Selain itu, banyak negara-negara Barat menganggap pengunduran diri Asad merupakan prasyarat penting untuk peluncuran proses perdamaian. Pemimpin Barat berpendapat bahwa perdamaian abad di Suriah hanya mungkin terjadi jika Asad turun dari jabatannya.
“Tentu saja, kami tidak menerima ini,” kata Asad selama wawancara. “Kami adalah negara berdaulat. Jika ada presiden yang baik atau buruk, itu semata-mata masalah Suriah, bukan Eropa. Orang-orang Suriah yang memutuskan siapa yang pergi dan siapa yang tinggal. Jika orang tidak ingin melihat saya lagi, saya akan pergi.”
Menjawab pertanyaan mengapa ratusan orang meninggalkan Eropa untuk menjadi Mujahidin di Suriah, Asad mengklaim bahwa negaranya dengan kekacauan saat ini adalah lahan subur bagi “terorisme” yang menarik orang-orang “radikal” dari seluruh dunia. Pada saat yang sama, ia menyebutkan bahwa negara-negara Eropa harus lebih memerhatikan mengapa orang-orang di Eropa cenderung mengikuti jalan radikal dan mencegah kecenderungan tersebut.
“Masuk akal untuk datang ke sini. Suriah telah diubah oleh Eropa, Turki, Qatar, dan Arab Saudi menjadi sarang ‘terorisme’. Pertanyaan yang paling penting adalah, bagaimana orang-orang ini muncul di Eropa?”
Asad menyebut Rusia, Iran, dan negara-negara lain yang mendukung pemerintah Suriah dan mengakui legitimasi anara sekutu sejati. Ia juga berpendapat bahwa negara-negara ini benar-benar berkontribusi terhadap penghapusan “terorisme” dan pembentukan aturan hukum di negaranya.
Asad juga menyatakan siap untuk berbicara dengan semua pihak dalam konflik, tetapi meragukan negara-negara Barat akan berani bernegosiasi dengan Suriah tanpa persetujuan dari AS.
“Hanya ada beberapa negara yang siap untuk ini. Tidak ada yang berani untuk menjalin kontak dengan Suriah mengatasi situasi asalkan tidak muncul dalam agenda AS,” Assad menyimpulkan.
(fath/arrahmah.com)