DAMASKUS (Arrahmah.com) – Sebuah dokumen resmi yang diperoleh oleh Zaman Alwasl mengungkapkan bahwa rezim Nushairiyah Suriah pimpinan Bashar Asad telah memindahkan sebagian besar stok senjata kimia di tahun 2013 ke depot rahasia yang dimiliki oleh Maher Asad, komandan militer de-facto rezim, setelah serangan gas Sarin yang mematikan di pinggiran Ghautah Timur.
Pemindahan sebagian besar senjata kimia dari Institut 1000 di Jamraya ke Brigade 105 di dekat Istana Presiden di Damaskus pada 19 September 2013 pada hari yang sama saat rezim menyerahkan daftar situs kimia ke Organisasi PBB untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW), setelah serangan kimia mematikan pada 21 Agustus 2013 di mana lebih dari 1.460 orang meninggal dalam serangan gas Sarin di pinggiran Ghautah Timur.
Pada saat itu, foto-foto mengerikan dari serangan tersebut memicu kemarahan global.
Institut 1000, pusat penelitian yang berafiliasi dengan Cabang 410, didirikan oleh Soviet pada 1980-an untuk memproduksi senjata kimia di desa Jamraya, sekitar 2 km dari barat laut ibu kota Damaskus.
Dokumen ini dikeluarkan oleh Pusat Suti dan Penelitian Institut 1000 pada 22 September 2013 yang ditandatangani oleh Direktur Institut, Dr. Muhammad Khalid Nasri, lansir Zaman Alwasl pada Senin (9/4/2018).
Nasri, menurut dokumen itu menunjuk Letkol Firas Ahmed sebagai kepala komite pengawas untuk transfer senjata kimia ke gudang Brigade 105, Garda Republik, yang dipimpin oleh Jenderal Maher Asad, saudara laki-laki Bashar Asad.
Nasri meminta Ahmed memilih siapa yang dianggap pantas untuk melaksanakan “misi transportasi dengan cara yang paling tepat dan rahasia”.
Transfer dilakukan pada 19 September 2013 oleh 50 tentara sebagian besar berasal dari Latakia. Pemilihan pasukan didasarkan pada loyalitas sektarian mereka dan di bawah pengawasan Brigadir Yusuf Ajib.
Salah satu pasukan yang berpartisipasi dalam “misi rahasia” mengatakan kepada Zaman Alwasl bahwa proses pemindahan memakan waktu satu minggu. (haninmazaya/arrahmah.com)