DAMASKUS (Arrahmah.com) – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, adalah pion Amerika Serikat dan memiliki afiliasi dengan Ikhwanul Muslimin, Presiden Suriah Bashar Assad mengatakan kepada surat kabar Yunani, Kathimerini, dikutip Ahval News pada Kamis (10/5/2018).
Assad telah terperosok ke dalam perang saudara sejak ia menghancurkan gelombang protes pada musim semi 2011. Invasi Turki ke distrik utara Suriah, Afrin, tahun ini menjadi pukulan terbaru bagi otoritasnya.
Turki dan Amerika Serikat juga terlibat dalam perselisihan mengenai daerah di sekitar kota Manbij, yang Turki umumkan sebagai target berikutnya. Manbij saat ini di bawah kendali Kekuatan Demokrasi Suriah (SDF) yang didukung AS terutama terdiri dari pasukan Kurdi Suriah yang dianggap Turki sebagai ancaman.
“Pertama-tama, kami memerangi teroris, dan seperti yang saya katakan, para teroris bagi kami adalah pasukannya (Erdogan, Red.), mereka adalah tentara Amerika, tentara Saudi. Lupakan faksi-faksi yang berbeda dan siapa yang akan membiayai faksi-faksi itu. Pada akhirnya, mereka bekerja untuk satu agenda, dan para pemain yang berbeda itu mematuhi satu tuan: Amerika,” kata Assad.
“Erdogan tidak mengimplementasikan agendanya sendiri; dia hanya melaksanakan agenda Amerika, dan hal yang sama berlaku untuk negara lain dalam perang ini.”
“Suriah tidak memiliki satu alasan pun untuk memusuhi rakyat Turki, tetapi kami telah menderita karena Erdogan, yang bukan hanya pion AS, tetapi juga penganut Ikhwanul Muslimin,” lanjut Assad.
“Erdogan berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin. Mungkin dia tidak terorganisir, tetapi afiliasinya mengarah pada ideologi itu,” tambahnya.
“Dan seperti kata Barat, bagi Erdogan, ketika para teroris kehilangan kendali atas berbagai wilayah yang sebenarnya merupakan bukti ketidakmampuan mereka dalam melaksanakan agenda Turki atau Barat atau Qatar atau Arab Saudi, seseorang harus ikut campur. Di sinilah Barat hadir dengan serangan baru-baru ini terhadap Suriah, dan inilah tempat Erdogan ditugaskan oleh Barat, terutama Amerika Serikat, untuk mencampuri, untuk membuat situasi menjadi rumit. Karena tanpa gangguan ini, situasinya akan teratasi lebih cepat.” (Althaf/arrahmah.com)