NEW YORK (Arrahmah.id) – Amerika Serikat telah mengumumkan rencana untuk mengusir 12 diplomat Rusia dari misi Moskow untuk PBB di New York, menuduh para pejabat terlibat dalam “kegiatan spionase”.
Dalam sebuah pernyataan pada Senin (28/2/2022), misi AS untuk PBB mengatakan telah memulai proses pengusiran para diplomat – yang digambarkan sebagai “operasi intelijen” – karena “terlibat dalam kegiatan spionase yang merugikan keamanan nasional kita”.
“Kami mengambil tindakan ini sesuai dengan Perjanjian Markas Besar PBB. Tindakan ini telah dikembangkan selama beberapa bulan,” bunyi pernyataan itu, seperti dilansir Al Jazeera.
Langkah itu dilakukan di tengah kecaman internasional yang meluas terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, yang sejak Kamis lalu telah menewaskan ratusan warga sipil Ukraina dan memaksa setengah juta lainnya meninggalkan negara itu, menurut PBB.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan kepada wartawan bahwa para diplomat telah diminta untuk pergi pada 7 Maret.
Nebenzia kemudian mengangkat masalah tersebut pada awal pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang situasi kemanusiaan di Ukraina, menggambarkan langkah AS sebagai sikap “bermusuhan” dan melanggar komitmennya sebagai tuan rumah markas besar PBB di New York.
Wakil Duta Besar AS untuk PBB Richard Mills menjawab: “Para diplomat yang telah diminta untuk meninggalkan Amerika Serikat itu terlibat dalam kegiatan yang tidak sesuai dengan tanggung jawab dan kewajiban mereka sebagai diplomat.”
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah memberlakukan sejumlah sanksi terhadap Rusia sebagai tanggapan atas invasi negara itu ke Ukraina, yang dimulai Kamis lalu.
AS dan sekutunya, termasuk Uni Eropa, pekan lalu juga mengumumkan rencana untuk menjatuhkan sanksi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov atas serangan negara itu terhadap tetangganya.
Jumlah orang yang melarikan diri dari invasi telah melonjak menjadi lebih dari setengah juta, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi mengatakan sebelumnya pada Senin, sementara sekitar 300 lebih warga sipil telah tewas sejak pasukan Rusia memasuki negara itu. (haninmazaya/arrahmah.id)