WASHINGTON (Arrahmah.com) – Menjelang peringatan 10 tahun serangan 11 September di Amerika Serikat (AS), Amerika mengklaim munculnya ancaman teror baru terhadap negara musuh Islam tersebut.
Tanpa bukti dan penjelasan yang detil, Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Hillary Clinton langsung menuduh kelompok Al Qaeda berada di balik ancaman teroris yang kredibel namun belum terkonfirmasi tersebut. Dalam pidatonya di New York, AS, Hillary mengungkapkan bahwa Al Qaeda kembali berupaya membahayakan warga AS dan secara khusus menargetkan New York dan Washington.
Hillary berpendapat, ancaman baru tersebut merupakan pengingat akan perlunya untuk terus memperbaiki strategi antiterorisme.
“Pada akhirnya, ini terletak di bahu rakyat Amerika sendiri,” ujar Hillary seperti dilansir AFP, Sabtu (10/9/2011).
Meski tak berpengaruh secara signifikan atas aktivitas dan perjuangan Al Qaeda, Hillary mengklaim bahwa wafatnya Syeihk Usamah bin Laden oleh pasukan AS belum lama ini merupakan langkah besar dalam menghancurkan sel-sel ‘terorisme’ dan konspirasi dalam satu dekade terakhir.
“Kita akan terus mempertahankan hak kita untuk menggunakan kekuatan,” tegas Hillary. “Berkat militer kita, intelijen dan upaya-upaya penegakan hukum dalam satu dekade terakhir, struktur kepemimpinan Al Qaeda telah hancur,” klaimnya.
Sebelumnya, Departemen Keamanan Dalam Negeri mengumumkan adanya informasi intelijen mengenai ancaman teror yang baru, spesifik, kredibel namun belum terkonfirmasi terhadap AS menjelang peringatan 10 tahun serangan 9/11.
Washington dan New York disebut-sebut sebagai target ancaman teror tersebut. Terkait hal tersebut, otoritas AS meningkatkan pengamanan di lokasi-lokasi penting termasuk jembatan-jembatan dan terowongan.
Sementara itu, berbicara tentang ‘terorisme’ sepertinya masyarakat Amerika telah bosan terus-terusan dicekoki opini tunggal terkait ‘terorisme’. Hal tersebut terindikasi dari menurunnya kekhawatiran di antara warga Amerika Serikat dari serangan ‘teroris’ baru. Berdasarkan hasil sebuah jajak pendapat yang dirilis, Kamis (8/9), mayoritas penduduk New York merasa tidak khawatir meskipun kota mereka tetap menjadi target utama.
Tiga puluh enam persen orang Amerika yang mengikuti survey dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga survei Universitas Quinnipiac bersikap “jika tidak sangat khawatir maka agak khawatir” tentang “akan adanya serangan teroris di Amerika Serikat dalam beberapa bulan mendatang.”
Menjelang ulang tahun ke-10 akhir pekan ini dari Serangan 11 September, bagaimanapun, 58 persen dari penduduk New York percaya bahwa serangan lain terhadap kota mereka yang akan mengakibatkan jumlah kematian yang besar adalah sangat mungkin atau agak mungkin terjadi.
“Di seluruh penjuru negeri, kekhawatiran terjadinya serangan lain seperti 9 / 11 telah banyak pudar,” kata Maurice Carroll, direktur jajak pendapat di universitas swasta di Connecticut, mengingat sebuah jajak pendapat Quinnipiac pada tahun 2006 di mana 62 persen takut akan terjadinya serangan lain.
Temuan Quinnipiac yang didasarkan pada survei kepada responden terdaftar di New York dan seluruh penjuru negara dilakukan pada tanggal 1-6 dan 16-27 Agustus, dengan margin of error 2,7 dan 1,9 poin persentase.
Bahkan pekan lalu, berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Pew Research Center menemukan bahwa satu dari tiga orang Amerika Serikat berpikir bahwa hanya masalah keberuntungan bahwa bangsa mereka telah terhindar dari terulangnya serangan 11 September 2001 di World Trade Center dan Pentagon. (dbs/arrahmah.com)