WASHINGTON (Arrahmah.com) – Amerika Serikat dan Inggris menuduh Rusia mengarang cerita tentang penggunaan senjata kimia oleh pemberontak Suriah.
Dalam pernyataan terpisah yang dikeluarkan pada Jumat (7/12/2018), London dan Washington juga memperingatkan Moskow untuk tidak merusak gencatan senjata di negara yang dilanda perang itu.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pemberontak melepaskan senjata yang mengandung klorin pada 24 November di kota Aleppo yang dikuasai pemerintah, dengan media pemerintah Suriah melaporkan bahwa sekitar 100 warga Suriah dirawat di rumah sakit karena kesulitan bernapas.
Para pemberontak menolak tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa pemerintah berusaha untuk membingkai mereka.
Rusia menanggapi serangan tersebut dengan serangan udara di Idlib, benteng pertahanan terakhir para pemberontak yang memerangi Presiden Bashar Asad.
AS mengatakan memiliki “informasi yang dapat dipercaya” bahwa akun klorin itu palsu dan bahwa pasukan Rusia dan Suriah malah telah menembakkan gas air mata.
“Amerika Serikat sangat prihatin bahwa para pejabat pro-rezim telah mempertahankan kendali atas lokasi serangan segera setelah itu, memungkinkan mereka untuk berpotensi membuat sampel dan mencemari situs sebelum penyelidikan yang tepat oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW),” juru bicara Departemen Luar Negeri AS Robert Palladino mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Kami memperingatkan Rusia dan rezim terhadap perusakan terhadap lokasi serangan yang dicurigai dan mendesak mereka untuk mengamankan keselamatan para inspektur independen yang tidak memihak sehingga mereka yang bertanggung jawab dapat diadili,” katanya.
Palladino mengatakan bahwa Rusia dan Suriah “menggunakannya sebagai kesempatan untuk merusak kepercayaan diri dalam gencatan senjata di Idlib.”
Dalam pernyataan serupa, Inggris mengatakan “sangat tidak mungkin” klorin atau oposisi terlibat dalam insiden itu.
“Sangat mungkin bahwa ini adalah insiden disengaja yang dimaksudkan untuk membingkai oposisi, atau operasi yang salah dan tempat Rusia dan rezim berusaha untuk mengambil keuntungan,” kata juru bicara Kantor Luar Negeri Inggris, juga mendukung penyelidikan oleh OPCW, pengawas senjata kimia internasional.
Kedutaan Rusia di Washington membalas tudingan ini melalui Facebook.
“Kementerian Pertahanan Rusia tidak mengesampingkan bahwa tuduhan Departemen Luar Negeri AS tentang serangan bahan kimia beracun baru-baru ini di Aleppo Suriah ditujukan untuk mengalihkan perhatian publik dari kejahatan penerbangan AS di timur negara Timur Tengah,” katanya.
Kekuatan Barat, PBB dan kelompok hak asasi manusia telah berulang kali merujuk serangan kimia ini pada pasukan Damaskus. (Althaf/arrahmah.com)