WASHINGTON (Arrahmah.com) – Kepala Dewasn Hubungan Luar Negeri AS, Rishard Haas mendesak pemerintahan Barack untuk mengurangi jumlah pasukan di Afghanistan, lapor situs islammemo.
Richard Haas meragukan sebuah artikel editorial The Wall Street Journal yang mengatakan bahwa pemerintah AS berhasil dalam penaklukan wilayah dalam perang di Afghanistan.
Haas mengatakan : “Militer AS mendominasi wilyaha ini, namun ketika tentara ditarik, pejuang Taliban akan kembali mengontrol Afghanistan.”
“Taliban bersembuyi di wilayah suku di Pakistan dan mereka mempersiapkan diri untuk melakukan perlawanan dari sana,” ujarnya.
Haas mengakui bahwa Amerika Serikat tidak memenangkan perang di Afghanistan, bahkan dalam pandangan pertama, kebijakan yang sepertinya sukses. Kerugian materi dan manusia yang diderita pasukan AS harus diperhitungkan.
Dia mengatakan sekitar 500 tentara telah tewas di tahun ini saja di Afghanistan, jumlah terluka lebih tinggi 10 kali lipat. Ini adalah statistik resmi Pentagon, sementara angka sebenarnya, menurut pengamat independen jauh lebih tinggi.
Sebelumnya, sumber Kavkaz Center pernah melaporkan terdapat beberapa fitur lain dalam taktik tentara penjajah AS-NATO yang terlihat baru-baru ini.
Para penjajah secara aktif memeprsenjatai penduduk. Gang kriminal dan kelompok yang terlibat dalam perampokan dilirik oleh NATO. Kelompok etnis dan nasional juga banyak diciptakan dan dipersenjatai.
Faksi-faksi terbentuk berdasarkan klan atau motif politik. Perselisihan etnik secara aktif dikompori oleh penjajah.
Sumber KC menjelaskan bahwa NATO sedang mencoba menciptakan kekacauan total menjelang penarikan mundur NATO dari Afghanistan.
NATO secara simultan melancarkan perang ideologi besar-besaran. Leaflet atas nama “pemerintah” boneka Karzai menyerukan Mujahidin untuk gencatan senjata yang disebarkan melalui helikopter. (haninmazaya/arrahmah.com)