WASHINGTON (Arrahmah.com) – Pihak Gedung Putih dan militer AS menunjukkan pada hari Rabu (6/1) bahwa tidak akan ada intervensi militer langsung di negara-negara seperti Pakistan atau Yaman di mana Al-Qaidah diklaim membangun tempat pertahanannya.
Namun, Gedung Putih, mengatakan bahwa Amerika Serikat akan terus menggunakan aksi “intelijen” untuk menargetkan tempat persembunyian Al-Qaidah, yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa serangan pesawat tanpa awak yang selalu berdalih menargetkan ‘tersangka teroris’ akan terus berlanjut.
Dalam sebuah pidato di Universitas George Washington, Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat, Laksamana Mike Mullen, mengatakan bahwa untuk agenda besar beberapa tahun berikutnya akan difokuskan Amerika Serikat pelaksanaan strategi Afghanistan dan Pakistan yang diumumkan Presiden AS Barack Obama pada 1 Desembar tahun lalu.
Perdebatan mengenai intervensi militer AS langsung untuk mencegah serangan teroris ini kembali menghangat, terutama pasca serangan Hari Natal terhadap pesawat Northwest Airlines dari Detroit. Beberapa lobi, terutama dari sayap kanan, menuntut AS menindak target tersangka ‘teroris’ secara militer, dengan atau tanpa berkonsultasi dengan pemerintah yang bersangkutan.
Menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan ini, Sekertaris Pers Gedung Putih, Robert Gibbs, mengatakan bahwa Amerika Serikat akan terus mendukung tindakan yang diambil oleh pemerintah negara yang bersangkutan dalam menindak ‘terorisme’.
“Kami akan terus menjalankan hal ini dan akan terus mendukung usaha-usaha tersebut,” katanya.
Secara terpisah, Presiden Obama mengatakan saat melakukan rapat di Gedung Putih pada hari Selasa bahwa dengan berbagai cara pemerintah AS akan terus memerangi Al-Qaidah dan sekutu-sekutunya di mana pun mereka berada, baik itu di Afghanistan dan Pakistan, di Yaman dan Somalia, atau di negara lain di dunia ini.
Di Universitas George Washington, Mullen menanggapi pertanyaan ini dengan menyatakan bahwa negara-negara seperti Pakistan dan Yaman adalah negara-negara berdaulat dan Amerika Serikat menghormati kedaulatan mereka.
“Ini adalah negara berdaulat dan kami semua mengakuinya. Jadi kami akan terus mendukung pemerintah Yaman dalam pelaksanaan strategi mereka untuk menghilangkan teroris ini,” kata Mullen.
Namun, Mullen terus menekankan pentingnya peran AS di Pakistan dan Afghanistan. Ia mengatakan bahwa fokus Amerika Serikat tidak bisa dibatasi hanya pada Afghanistan, untuk itu Pakistan juga harus dilibatkan.
“Saya pernah ke Pakistan satu kali sebelum saya mengambil alih tugas ini, dan saya hanya melakukan 14 perjalanan selama beberapa tahun terakhir ini hanya untuk mengindikasikan bahwa banyak yang perlu kami mengerti, mengapa kami perlu berada di sana, dan memastikan untuk melihat tantangan melalui mata orang lain dan bukan hanya mengambil dari sudut pandang Amerika di Washington,” katanya.
Amerika Serikat, katanya, kini dalam tahap pelaksanaan strategi yang lebih ‘berani’, dimana pemerintahnya telah memberikan kepada Mullen dengan sumber daya yang dibutuhkannya saat ini untuk mengubah keadaan di Afghanistan.
Laksamana Mullen mengatakan bahwa 42 negara mendukung strategi Obama terhadap Pakistan dan Afghanistan.
Mullen pun mengatakan bahwa ia memiliki keprihatinan mengenai Yaman sejak satu tahun lalu, dan perdebatan kebijakan di Gedung Putih akhir tahun lalu hanya difokuskan pada masalah penghapusan Al-Qaidah di Pakistan.
Laksamana Mullen mengatakan bahwa sejak insiden 11 September, Amerika Serikat telah mengambil tindakan besar dan luar biasa di Pakistan untuk mencegah kemungkinan dilakukannya kembali serangan ‘terorisme’. (althaf/dawn/arrahmah.com)