KABUL (Arahmah.com) – AS pada Kamis (5/3/2020) menegaskan kembali komitmennya untuk memfasilitasi pertukaran tahanan berdasarkan perjanjian damai yang ditandatangani pekan lalu dengan Taliban untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama di Afghanistan.
Utusan perdamaian AS Zalmay Khalilzad mengatakan di Twitter bahwa negaranya berkomitmen untuk memfasilitasi pertukaran tahanan, yang disepakati dalam perjanjian AS-Taliban dan deklarasi bersama AS-Afghanistan.
“Kami akan mendukung masing-masing pihak untuk merilis angka yang signifikan,” kata Khalilzad.
Pernyataannya itu dikeluarkan setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan bahwa pemerintahnya belum membuat komitmen untuk membebaskan 5.000 tahanan Taliban.
Sebagai tanggapan, juru bicara politik Taliban Suhail Shaheen mengatakan bahwa dialog intra-Afghanistan akan terjadi hanya setelah pembebasan tahanan.
“Saya bertemu Mullah Berader dan timnya tadi malam untuk diskusi terbuka tentang langkah-langkah selanjutnya, diikuti dengan panggilan telepon yang konstruktif dengan Presiden AS DonaldTrump. Kita semua sepakat bahwa tujuan perjanjian AS-Taliban adalah untuk membuka jalan menuju perdamaian komprehensif di Afghanistan,” kata Khalilzad, sebagaimana dilansir Anadolu Agency.
“Kita harus bertindak di semua lini untuk menghilngkan hambatan yang memperlambat kemajuan kita menuju negosiasi intra-Afghanistan. Sekali lagi saya meminta semua warga Afghanistan untuk mendukung langkah ini, menempatkan negara sebagai prioritas utama dan tidak kehilangan kesempatan bersejarah ini,” imbuhnya.
Pada Rabu (4/3), pasukan AS di Afghanistan mengumumkan dimulainya kembali operasi militer di negara yang dilanda perang setelah jeda 11 hari.
Sonny Leggett, juru bicara pasukan AS di Afghanistan, mengatakan di Twitter bahwa jet-jet AS melakukan serangan udara pada Rabu (4/3) melawan gerilyawan Taliban di distrik Nahr-e Saraj di provinsi Helmand.
“Pejuang Taliban secara aktif menyerang pos pemeriksaan ANDSF (pasukan Afghanistan). Ini adalah serangan defensif untuk mengacaukan serangan. Ini adalah serangan pertama kami terhadap Taliban setelah gencatan senjata selama 11 hari,” kata Leggett.
Namun, sebagai tanggapan, Taliban mengatakan sesuai dengan rencana, mereka akan menerapkan semua bagian perjanjian satu demi satu untuk mencegah perang intensif.
“Di sisi lain kami juga harus menghilangkan hambatan untuk mengimplementasi semua bagian perjanjian. Langkah ini kami ambil semata-mata untuk membuka jalan bagi perdamaian di seluruh negara dan bagi rakyat Afghanistan agar mereka dapat menikmati hak-hak dasar mereka,” kata Shaheen dalam posting Twitternya.
Kesepakatan penting antara AS dan Taliban, yang ditandatangani pada 29 Februari di Doha, Qatar, menjabarkan jadwal penarikan pasukan penuh dari Afghanistan dalam 14 bulan.
Hal ini diharapkan akan mengarah pada dialog antara Taliban dan pemerintah Kabul dalam upaya mengakhiri konflik bersenjata yang dimulai pada tahun 2001. (rafa/arrahmah.com)