WASHINGTON (Arrahmah.id) – Kajian terbaru yang dilakukan oleh para pejabat militer Amerika Serikat (AS) menimbulkan pertanyaan tentang penguasa Taliban Afghanistan dan apa yang akan mereka lakukan untuk memastikan agar kelompok militan al Qaeda tetap terkendali.
Sebagai bagian dari Perjanjian Doha Februari 2020 dengan AS yang membuka jalan bagi penarikan pasukan AS dari Afghanistan, Taliban setuju untuk memastikan Afghanistan tidak akan pernah lagi digunakan sebagai pijakan untuk membangun serangan teror terhadap Barat.
Tetapi kajian yang dilakukan oleh Komando Pusat AS (CENTCOM), yang mengawasi pasukan militer AS di wilayah Timur Tengah dan Asia Selatan, bersama Kantor Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan menunjukkan bahwa walaupun janji tersebut saat ini ditepati, Taliban mungkin siap untuk mempertimbangkan perubahan.
“Taliban kemungkinan akan melonggarkan pembatasan ini selama 12 hingga 24 bulan ke depan, sehingga memungkinkan al Qaeda bebas bergerak lebih luas dan mengadakan latihan, bepergian, dan berpotensi membangun kembali kemampuan operasi eksternal,” menurut laporan inspektur jenderal, lansir VOA (17/5/2022).
Penilaian CENTCOM itu tidak menjelaskan mengapa Taliban tampaknya bersedia membiarkan al Qaeda beroperasi lebih bebas, meskipun laporan inspektur jenderal menunjuk pada perkiraan intelijen militer yang mencatat baik al-Qaeda maupun afiliasi regionalnya, al-Qaeda di anak benua India (AQIS), tentu bercita-cita untuk menyerang AS dan target-target terkait AS.
Namun, Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA) juga mengatakan bahwa kemajuan al Qaeda telah terhambat meskipun tidak ada kehadiran pasukan antiterorisme AS di Afghanistan.
“Al Qaeda memiliki beberapa masalah dengan rekonstitusi, kepemimpinan dan sampai taraf tertentu, saya pikir Taliban telah memegang teguh kata-kata mereka tentang tidak mengizinkan al-Qaeda untuk bangkit kembali,” kata Direktur DIA Letnan Jenderal Scott Berrier kepada anggota Kongres di Washington pada pekan lalu.
“Ini adalah sesuatu yang kami perhatikan dengan sangat, sangat hati-hati,” katanya, seraya menambahkan bahwa kemungkinan akan memakan waktu lebih dari satu tahun bagi al-Qaeda untuk dapat meluncurkan atau mengarahkan serangan terhadap AS.
Perkiraan intelijen terbaru dari AS dan dari negara-negara lain menyebutkan jumlah pengikut al Qaeda di Afghanistan mencapai beberapa ratus, termasuk pemimpin al Qaeda Ayman al-Zawahiri. (hanoum/arrahmah.id)