Sebuah memo rahasia beredar di tengah-tengah pertemuan Presiden AS, George W. Bush dan PM Irak Nuri al-Maliki di Amman, Yordania, Kamis (30/11). Memo rahasia itu berisi garis besar hal-hal yang akan dilakukan AS di Irak. Selain ingin mengatasi kekerasan di Irak, memo itu mengungkap tiga hal “tambahan” yang akan dilakukan AS yaitu “pasukan, uang dan diplomasi”
Memo tersebut bertanggal 8 November, itu artinya memo itu sudah disiapkan jauh sebelum jadwal pertemuan Bush dan Maliki. Adalah surat kabar The New York Times yang mendapatkan memo rahasia tersebut dari penasehat keamanan nasional AS Stephen Hadley dan dari pembicaraan dengan penasehat-penasehat presiden Bush lainnya.
Terkait dengan masalah pasukan, AS berencana akan menambah pasukannya ke Irak. Sejumlah penasehat di Iraq Study Group yang diketuai oleh manteri luar negeri, James Baker menyebut pengiriman ribuan pasukan tambahan AS ke Irak dianggap penting dengan harapan bisa memulihkan keamanan di negeri 1001 malam itu,
Sementara Hadley merujuk pada apa yang disebutnya “gap empat brigade” dalam kekuatan pertempuran di Baghdad terkiat dengan keyakinan sejumlah pejabat AS bahwa Baghdad sedikitnya membutuhkan 13 ribu tentara tambahan, karena tentara lokal tidak bisa diandalkan untuk tugas tempur itu.
Hadley menulis,”Kita mungkin juga harus mengisi kekurangan itu… dengan pasukan koalisi jika pasukan Irak tidak bisa melakukannya.”
Penambahan pasukan AS ke Irak, tidak lepas dari sikap Maliki yang kerap mengeluhkan sulitnya mengontrol gerak pasukan di lapangan, terutama dalam menghadapi kelompok-kelompok pejuang Irak, utamanya para pejuang pimpinan Moqtada al-Sadr.
Kebijakan pengiriman pasukan itu secara politik disadari oleh AS akan menimbulkan protes di dalam negeri, karena publik AS sejauh ini sudah marah dengan perang pemerintahnya di Irak.
Memo tersebut menyatakan bahwa AS akan membantu Maliki dengan mendorong Arab Saudi untuk melakukan pendekatan pada para pejuang Sunni agar menghentikan kekerasan.
Terkait masalah uang, meski dana yang disediakan AS untuk membangun kembali Irak sudah hampir habis, sejumlah penasehat di Iraq Studi Group dan para analis luar seperti Anthony Cordsman dari Center for Strategic and International Studies di Washington mendesak AS untuk memberikn paket bantuan yang besar untuk membujuk pemimpin Irak dari faksi-faksi yang bertikai agar mau bernegosiasi.
Tetapi dalam memo Hadley, penambahan dana yang disediakan untuk Maliki tidak merujuk pada program-program bantuan. Tapi akan digunakan sebagai dukungan pada Maliki dan memisahkannya dari para pemimpin lain di Irak yang oleh AS disebut sebagai pemimpin-pemimpin yang moderat dari basis kekuatan Syiah.
Dalam memo itu disebutkan pula, jika Maliki tidak mampu mengambil langkah seperti yang diminta AS, maka AS akan menggunakan uang dan prestise-nya untuk beralih membuka jalan bersama kelompok non sektarian. Dengan langkah itu, AS berharap bisa menjauhkan Maliki dari partainya sendiri, Partai Dawa yang oleh AS disebut memiliki hubungan dekat dengan Iran dan partai-partai Syiah lainnya di Irak.
Isi memo tersebut memang berbeda dengan pernyataan Maliki dalam keterangan pers bersama Bush usai pertemuan di Amman kemarin. Menurut Maliki, pasukan Irak akan mengambil alih kontrol keamanan di Irak dari pasukan AS pada Juni 2007.
Sementara Bush mengatakan ia akan mempertahankan pasukannya di Irak sampai “pekerjaan selesai.” Bush juga memuji Maliki sebagai pemimpin yang kuat dan AS berkepentingan mendukung Maliki demi terciptanya perdamaian.
Dalam pertemuan itu, juga disepakati bahwa Irak tidak akan dipecah menjadi beberapa zona dengan alasan hal itu hanya akan memicu makin tajamnya kekerasan sektarian. (ln/CSC/Aljz/eramuslim)