RABAT (Arrahmah.id) – Departemen Luar Negeri AS pada Selasa (11/4/2023) menyetujui penjualan senjata senilai $524,4 juta ke Maroko, dengan mengatakan pembelian itu akan mendukung upaya kontra-terorisme Rabat di Afrika utara.
Pemerintah Maroko meminta untuk membeli 18 sistem roket serta 40 sistem rudal taktis, 9 kendaraan tentara, dan 18 sistem data artileri. Pembelian yang direncanakan juga mencakup daftar panjang peralatan tentara, mulai dari sistem radio hingga layar kamuflase.
Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan AS memuji penjualan untuk meningkatkan kemampuan keamanan Maroko, terutama ketika memerangi organisasi ekstremis yang berbasis di wilayah Maghreb dan Sahel.
“Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung kebijakan luar negeri dan keamanan nasional Amerika Serikat dengan membantu meningkatkan keamanan Sekutu Utama Non-NATO yang terus menjadi kekuatan penting bagi stabilitas politik dan kemajuan ekonomi di Afrika Utara,” bunyi pernyataan Badan Kerjasama Pertahanan Keamanan.
“Penjualan yang diusulkan akan meningkatkan kemampuan Maroko untuk menghadapi ancaman saat ini dan masa depan serta akan berkontribusi pada kemampuan Maroko untuk mendeteksi ancaman dan mengendalikan perbatasannya, berkontribusi pada pemeliharaan stabilitas dan keamanan regional,” kata mereka.
Menurut PBB, Afrika Utara terus menghadapi ancaman dari kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda di Maghreb Islam (AQIM) dan ISIS serta tantangan keamanan dari “aktor tunggal dan sel kecil” yang melakukan serangkaian serangan mematikan termasuk pengeboman dan penculikan turis asing.
Maroko adalah pembeli senjata Amerika terbesar di Afrika, dengan penjualan senjata lebih dari dua kali lipat pada 2020 dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan penjualan senjata terjadi pada tahun yang sama ketika AS, yang saat itu di bawah pemerintahan Donald Trump, mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat dengan imbalan Maroko menormalisasi hubungan dengan “Israel”. (zarahamala/arrahmah.id)
Wilayah gurun yang berpenduduk jarang itu menjadi subyek sengketa teritorial antara Rabat dan penduduk asli Sahrawi, yang dipimpin oleh Front Polisario.
Nasib Sahara Barat telah menjadi titik krusial dalam hubungan Maroko dengan negara tetangga Aljazair, yang memutuskan hubungan diplomatik dan memutuskan pengiriman gas.
Namun, AS mengatakan penjualan senjata terbaru tidak akan mengubah keseimbangan militer di kawasan itu. (zarahamala/arrahmah.id)